Senin 29 Nov 2021 15:04 WIB

Kredit Tumbuh, Kinerja Bank BUMN Bakal Moncer pada 2022

Bank Mandiri akan jadi salah satu yang mendapat keuntungan dari pemulihan ekonomi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Nasabah dengan menggunakan ponsel melakukan transaksi menggunakan aplikasi mobile banking Livin Bank Mandiri di Jakarta, Selasa (7/9). Pola transaksi nasabah selama masa pandemi secara tidak langsung mulai bergeser dari transaksi tunai ke digital. Tercatat hingga Juni 2021 jumlah pengguna Livin by Mandiri yang terdaftar telah mencapai 7,8 juta user dengan nilai transaksi mencapai Rp 728,9 triliun atau tumbuh 59% secara year on year (YoY).Prayogi/Republika.
Foto: Prayogi/Republika.
Nasabah dengan menggunakan ponsel melakukan transaksi menggunakan aplikasi mobile banking Livin Bank Mandiri di Jakarta, Selasa (7/9). Pola transaksi nasabah selama masa pandemi secara tidak langsung mulai bergeser dari transaksi tunai ke digital. Tercatat hingga Juni 2021 jumlah pengguna Livin by Mandiri yang terdaftar telah mencapai 7,8 juta user dengan nilai transaksi mencapai Rp 728,9 triliun atau tumbuh 59% secara year on year (YoY).Prayogi/Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meredanya kasus Covid-19 secara signifikan seiring dengan meningkatnya angka vaksinasi disebut menjadi katalis positif bagi industri perbankan. Pemulihan aktivitas bisnis setelah dilonggarkannya pengetatan PPKM akan membuat permintaan kredit kembali bergairah. 

Tiga bank BUMN pun diproyeksi akan membukukan kinerja cemerlang pada tahun 2022. Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Handiman Soetoyo, mengatakan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menjadi salah satu bank yang akan mendapatkan keuntungan dari pemulihan ekonomi. 

Baca Juga

Dengan memanfaatkan posisinya sebagai mitra perbankan utama pemerintah untuk pembiayaan proyek korporasi dan infrastruktur, menurut Handiman, emiten bersandi saham BMRI ini akan menikmati percepatan pertumbuhan pinjaman pada 2022.

"Hal ini seiring dengan pulihnya ekonomi dan proyek-proyek pemerintah yang dilanjutkan kembali," kata Handiman dalam risetnya dikutip Senin (29/11).

Selain itu, Handiman menyebut, BMRI juga akan memperoleh keuntungan dari bergabungnya Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah. Menurutnya, konsolidasi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) ini akan berkontribusi pada pertumbuhan pinjaman, simpanan, dan pendapatan BMRI yang kuat pada 2021.

Alih-alih mengakuisisi bank kecil dan mengubahnya menjadi bank digital, BMRI memutuskan untuk mengembangkan super app-nya di dalam bank. BMRI memanfaatkan jaringan fisik luas yang terdiri dari 2.500 cabang, 13.087 ATM, dan 214.330 EDC di seluruh Indonesia.

Super app Livin' by Mandiri, telah bermitra dengan 400 lebih ekosistem, yang terdiri dari e-wallet, fintech P2P lending, ride hailing, e-commerce, bahan makanan, perawatan kesehatan, rekreasi, telekomunikasi, investasi, rekreasi, hingga tiket. Pengalaman pengguna yang dibawa oleh kolaborasi besar ini jauh melampaui apa yang dapat ditawarkan bank digital baru.

Handiman memperkirakan pertumbuhan pinjaman BMRI mencapai 11,1 persen pada 2022 dibandingkan 25,0 persen pada 2021 yang sebagian besar pertumbuhan pinjaman didorong oleh konsolidasi BRIS. Proyeksi Handiman cukup konservatif karena pertumbuhan pinjaman prapandemi rata-rata sebesar 11,1 persen yoy.

Pinjaman yang direstrukturisasi telah mencapai puncaknya pada kuartal II 2021 dan akan terus pulih ke depannya seiring dengan berlanjutnya kegiatan ekonomi. "Kami percaya biaya provisi akan terus normal pada 2022, sehingga dapat meningkatkan profitabilitasnya," terang Handiman.

Handiman menyebut, kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk juga akan memuaskan pada 2022. Emiten bersandi saham BBRI ini kian menegaskan kepemimpinannya dalam perbankan mikro. Sinergi holding ultra mikro yang terdiri dari BBRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) juga menguntungkan bagi kinerja perseroan. 

"Kami percaya sinergi dari tiga entitas tersebut akan mempercepat pertumbuhan melalui pemasaran bersama, cross-selling, dan berbagi jaringan, mengurangi biaya kredit, operasional dan cost of fund," kata Handiman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement