Kamis 25 Nov 2021 05:46 WIB

Haedar Nashir: Sudahkah Terpecahkan Masalah Pendidikan Kita?

Peringati Hari Guru 2021 Ketua Umum Muhammadiyah bicara pendidikan di Indonesia

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Di Hari Guru 2021, Haedar Nashir: Sudahkah Terpecahkan Masalah Pendidikan Indonesia? - Suara Muhammadiyah
Di Hari Guru 2021, Haedar Nashir: Sudahkah Terpecahkan Masalah Pendidikan Indonesia? - Suara Muhammadiyah

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada 1945 setelah Indonesia merdeka, digelar Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta. Di kongres itu, dibentuk organisasi PGRI untuk mewadahi para guru di Indonesia. Pada 1994, terbit Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 yang menetapkan berdirinya PGRI dan Hari Guru Nasional. Dalam peringatan Hari Guru Nasional tahun 2021, pemerintah mengusung tema “Bergerak dengan Hati, Pulihkan Pendidikan”.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi mengajak seluruh pemangku kebijakan dan pelaku pendidikan untuk merefleksikan Hari Guru Nasional 2021 sebagai wahana meneguhkan komitmen seluruh guru Indonesia untuk terus mendidik anak negeri tiada henti. Guru merupakan bagian penting dari aktor pemajuan dunia pendidikan Indonesia.

Para guru punya misi mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan peradaban Indonesia. Di tangan guru, kata Haedar, nasib pendidikan Indonesia hari ini dan ke depan dipertaruhkan. Guru merupakan bagian dari keseluruhan sistem yang tidak dapat bekerja sendirian. “Dunia guru pun termasuk yang penting dimajukan kehidupannya, sehingga terjadi mutuality of interest,” kata Haedar Nashir.

Dari dunia guru yang maju, lahir pendidikan Indonesia berkemajuan. Sebaliknya, dari kondisi guru yang serba terbatas, sukarlah urusan memajukan pendidikan Indonesia. “Kami percaya, para guru di seluruh penjuru negeri  memiliki komitmen dan pengkhidmatan tinggi untuk memajukan pendidikan Indonesia. Selamat Hari Guru bagi seluruh guru Indonesia, kami senantiasa membersamai dengan hati untuk membangun negeri dan mencerdaskan akal budi menuju generasi emas yang berkepribadian Indonesia,” ungkap Haedar.

Haedar Nashir mengingatkan tentang berbagai permasalahan pendidikan yang perlu diselesaikan. “Lebih-lebih di masa pandemi, ketika dunia pendidikan sebagaimana aktivitas lainnya terdampak luas sehingga mengalami stagnasi aktivitas pendidikan secara normal. Pembelajaran daring pun banyak rintangan, tak semudah yang dibayangkan. Birokrasi dan otoritas penyelenggara pendidikan seakan gagap mengatasi keadaan. Meski perlahan ada langkah-langkah perbaikan,” tutur Haedar.

Menurutnya, dunia pendidikan Indonesia memang kompleks dengan segala masalah dan tantangan. Dari Sabang sampai Merauke, dari  Miangas sampai pulau Rote begitu beragam kondisi pendidikan dan situasi anak didik Indonesia, yang tidak dapat digeneralisasi oleh standar lembaga-lembaga pendidikan Jakarta dan kota-kota besar yang digdaya.

Masih banyak lembaga pendidikan  di pelosok-pelosok terjauh mengalami kesulitan hanya untuk bertahan hidup. “Dari sarana prasarana, guru, dan dana yang serba terbatas sampai kondisi anak didik dengan latar sosiologis yang kompleks. Dunia pendidikan Indonesia di ranah global pun masih harus menghadapi tantangan,  karena kondisi  Daya Saing Bangsa dan Human Development Index (HDI) Indonesia  masih di bawah negara-negara ASEAN,” ujarnya.

Sungguh berat masalah dan tantangan dunia pendidikan Indonesia saat ini ke depan. Pemerintah melalui Kemendikbudristek, ungkap Haedar, sungguh diuji dan dinanti langkah-langkah terobosan yang tersistem, kontinyu, serta berorientasi pada pemecahan masalah dan pengembangan dunia pendidikan Indonesia yang beragam kondisi dan permaslahannya yang kompleks itu.

“Fokusnya mesti tertuju pada masalah dalam memajukan pendidikan Indonesia agar makin berkualitas secara merata sebagai  agenda yang tidak ringan. Apalagi ditambah dengan urusan-urusan lain yang dibebankan pada dunia pendidikan  seperti soal radikalisme, intoleransi, kekerasan, dan lain-lain yang mesti seksama dalam memecahkannya,” terang Haedar.

Tentang basis nilai pendidikan, Haedar menekankan supaya pendidikan Indonesia yang unggul dan maju, dibangun dengan  berlandaskan  nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai Agama, dan nilai-nilai kebudayaan luhur Indonesia sebagaimana perintah konstitusi. Nilai-nilai itulah yang mampu membangun dunia pendidikan nasional yang berkeperibadian Indonesia.

Muhammadiyah mengajak semua pihak untuk berkerjasama memecahkan berbagai permasalahan pendidikan. “Sudah terpecahkankah masalah-masalah utama dunia pendidikan Indonesia yang kompleks itu? Harapannya tentu selalu terbuka untuk optimis, dengan syarat semua pihak benar-benar serius, fokus, paham, bersinergi,  serta memiliki komitmen dan political-will yang tinggi,” tukas Haedar Nashir. (ribas/ppm)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan suaramuhammadiyah.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab suaramuhammadiyah.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement