Rabu 24 Nov 2021 15:26 WIB

Indonesia Terdampak La Nina, Waspadai Banjir dan Longsor

Dampak yang dirasakan dari La Nina ini terjadinya hujan yang cukup tinggi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah pelajar melintasi genangan air saat terjadi banjir di Kelurahan Pesurungan, Tegal, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Curah hujan tinggi dan buruknya drainase mengakibatkan ratusan rumah di sejumlah wilayah Kota Tegal terendam banjir.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Sejumlah pelajar melintasi genangan air saat terjadi banjir di Kelurahan Pesurungan, Tegal, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Curah hujan tinggi dan buruknya drainase mengakibatkan ratusan rumah di sejumlah wilayah Kota Tegal terendam banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat, berdampak pergerakan massa. Termasuk di Indonesia dan Asia Tenggara, La Nina membawa banyak uap menghasilkan hujan dengan intensitas lebih tinggi.

Saat ini, Indonesia sedang musim penghujan. La Nina ditambah penghujan akan meningkatkan peluang hujan yang cukup tinggi. Jelang akhir tahun, Indonesia diprediksi hadapi La Nina, yang berdampak bencana banjir dan tanah longsor.

Maka itu, pempus, pemda, dan masyarakat harus waspada menghadapi dampaknya. Pakar iklim dan bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Dr Emilya Nurjani mengatakan, dampak yang dirasakan dari La Nina ini terjadinya hujan yang cukup tinggi.

Bahkan, di beberapa tempat diperkirakan menghasilkan hujan ekstrim di atas 100 milimeter per hari. Sehingga, dapat menimbulkan beberapa bencana, antara lain banjir dan tanah longsor yang biasa disebut sebagai bencana hidrometeorologis.

Meski La Nina merupakan fenomena iklim dengan siklus tahunan per 2, 3, 5, atau 7 tahunan sekali. Bukan hanya La Nina, bila ada siklon, maka potensi curah hujan yang turun di wilayah Indonesia akan tinggi dan berisiko menciptakan bencana. "Siklon juga menambah bencana gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai," kata Emilya, Rabu (24/11).

Ia mengingatkan, diperkirakan hampir semua wilayah di Indonesia terkena dampak La Nina, namun dengan tingkat risikonya yang tidak sama. Bila terjadi siklon, maka mempunyai potensi dampak hingga wilayah 500 kilometer dari pusat siklon.

"Karena sikon terbentuk di lautan, dampak langsung memang bagi wilayah pesisir. Wilayah lain yang masih terpengaruh jarak dari pusat siklon juga terpengaruh," ujar Emilya.

Untuk wilayah-wilayah yang rawan miliki potensi banjir dan longsor, seharusnya sudah melakukan mitigasi saat BMKG mulai mengeluarkan prediksi. Tiap ada curah hujan lebat, penduduk sudah harus melakukan evakuasi ke tempat yang aman.

Biasanya sudah disediakan pemerintah-pemerintah setempat. Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor, sehingga cepat diketahui. Tapi, kalau di wilayah sudah ada alarm bencana longsor, maka diikuti saja bunyi sirinenya.

Pemerintah sendiri melalui Kementerian PUPR sudah mengeluarkan kebijakan akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina dengan cara mengurangi volume air. Ia merasa, itu tidak begitu efektif.

Sebab, posisi ketinggian air waduk-waduk dan bendungan sudah di titik terendah, kecuali yang besar. Prinsipnya volume waduk tidak dibuang semua, tapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi, dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan.

"Begitu hujan tinggi, maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement