Rabu 17 Nov 2021 07:25 WIB

OPEC Waspadai Peningkatan Surplus Produksi

Harga minyak di pasar global bergerak bervariasi pada perdagangan pagi ini.

Kilang minyak Aramco.
Foto: google.com
Kilang minyak Aramco.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- OPEC melihat tanda-tanda peningkatan surplus pasokan minyak mulai bulan depan. OPEC meminta anggota dan sekutunya harus sangat, sangat berhati-hati ketika mereka meninjau kebijakan produksi pada pertemuan bulanan rutin, kata Sekretaris Jenderal kelompok itu pada Selasa (16/11). Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, secara bertahap membuka rekor pengurangan produksi yang dibuat pada 2020 dengan meningkatkan produksi 400.000 barel per hari per bulan.

OPEC+ akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya pada 2 Desember."Surplus sudah dimulai pada Desember," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo di sela-sela konferensi energi, ketika ditanya apakah dia yakin akan ada kelebihan pasokan minyak tahun depan.

Baca Juga

"Ini adalah sinyal bahwa kita harus sangat, sangat berhati-hati," katanya kepada wartawan.

Barkindo menolak untuk mengatakan apakah dia pikir OPEC+ akan tetap berpegang pada kebijakan yang ada ketika bertemu pada 2 Desember.

OPEC pekan lalu memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330 ribu barel per hari dari perkiraan bulan lalu, karena harga energi yang tinggi menghambat pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Kekhawatiran tentang kehancuran permintaan juga muncul ketika Eropa kembali menjadi pusat pandemi Covid-19, mendorong beberapa pemerintah untuk mempertimbangkan menerapkan kembali penguncian, sementara China sedang berjuang melawan penyebaran wabah terbesarnya yang disebabkan oleh varian Delta.

Sementara itu harga minyak di pasar global bergerak bervariasi pada akhir perdagangan Selasa (16/11) atau Rabu (17/11) pagi WIB, karena prospek persediaan yang ketat di seluruh dunia diimbangi oleh perkiraan peningkatan produksi dalam beberapa bulan mendatang serta kekhawatiran atas meningkatnya kasus virus corona di Eropa.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari menguat 38 sen atau 0,5 persen, menjadi 82,43 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember turun 12 sen atau 0,2 persen, menjadi 80,76 dolar AS per barel.

"Pasar minyak akan tetap ketat dalam jangka pendek, yang seharusnya mendukung harga," kata analis Commerzbank Carsten Fritsch.

Kepala Eksekutif Trafigura Group Jeremy Weir mengatakan ketatnya pasar minyak global disebabkan permintaan kembali ke tingkat sebelum pandemi. Produksi minyak dari cekungan Permian Texas diperkirakan mencapai rekor 4,953 juta barel per hari (bph) pada Desember.

Stok minyak mentah AS diperkirakan telah meningkat untuk minggu keempat berturut-turut, dengan analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan peningkatan sekitar 1,4 juta barel pekan lalu.Yang pertama dari dua laporan pasokan mingguan, dari kelompok industri American Petroleum Institute (API), akan dirilis Selasa (16/11) malam.

Namun, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan reli pasar minyak dapat mereda karena harga yang tinggi dapat memberikan insentif yang kuat untuk meningkatkan produksi, terutama di Amerika Serikat. IEA memperkirakan harga rata-rata Brent berada di sekitar 71,50 dolar AS per barel pada 2021 dan 79,40 dolar AS pada 2022, sementara Rosneft mengatakan mungkin mencapai 120 dolar AS pada paruh kedua 2022, menurut kantor berita TASS.

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement