Selasa 16 Nov 2021 05:47 WIB

BKKBN: Penurunan Kasus Stunting Butuh Sinergi Antarlembaga

Hal yang harus diintergrasikan antarlembaga, yakni data keluarga berisiko stunting.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan, upaya menurunkan kekerdilan (stunting) masih membutuhkan sinergi antar kementerian dan lembaga (K/L). "Harapan percepatan penurunan stunting masih perlu kita tingkatkan karena sinergi antarkementerian dan lembaga harus terjalin secara konvergensi," ujar Hasto dalam webinar bertema "Keterbukaan Informasi Publik Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting yang diikuti di Jakarta, Senin (15/11).

Ia mengatakan, sarana konvergensi harus melalui media komunikasi terkini, seperti media sosial serta aplikasi yang terintegrasi antar K/L. "Ada substansi yang sangat penting untuk diintegrasikan antar kementerian dan lembaga, yakni data mengenai siapa dan dimana keluarga yang berisiko melahirkan anak kerdil," tuturnya.

Baca Juga

Menurutnya, itulah data penting yang harus diintegrasikan menjadi big data. Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan, intervensi masalah stunting dilakukan melalui intervensi gizi yang sifatnya sensitif dan intervensi gizi yang sifatnya spesifik.

"Intervensi gizi yang sifatnya sensitif, diantaranya adalah lingkungan, sanitasi, air bersih, perumahan yang tidak kumuh," paparnya.

Intervensi itu tidak terlepas dari ekosistem di dalam masyarakat, diantaranya adalah bagaimana mengatasi masalah kemiskinan hingga pendidikan di masyarakat. "Selama ini pemerintah sudah mengalokasikan anggaranyang besar untuk mengintervensi gizi sensitif," katanya.

Ke depan, intervensi gizi spesifik juga tentu harus dilakukan. Oleh karena itu BKKBN telah mengembangkan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil). Melalui aplikasi itu, tiga bulan sebelum mendekati hari H pernikahannya calon pengantin dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui status gizinya.

"Perlu diketahui, setiap tahun hampir dua juta orang yang menikah. Dari dua juta itu sekitar 1,6 juta melahirkan di tahun pertama. Dari 1,6 juta itu 400.000 diantaranya kerdil," paparnya.

Setiap harinya, kurang lebih12.000-16.000 perempuan per harimelahirkan. "Harapannya, kita tahu yang melahirkan bayi. Bayi yang panjangnya 48 cm, berat bayi kurang dari 2,5 kg, yang melahirkan kurang dari 37 pekan sehingga prematur, itu menjadi potensi kerdil. Inilah informasi penting yang harus kita kumpulkan setiap hari dan tentu rahasia harus dijamin sesuai ketentuan yang berlaku," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement