Senin 15 Nov 2021 10:22 WIB

Di Mana Titik Jakarta 0 Kilometer?

Kisah titik '0' kilometer Jakarta yang raib

Ridwan Saidi (berbaju putih) berdiri di dekat bekas monumentu batu titik Jakarta 0 (nol) kilometer.
Foto: Ridwan Saidi
Ridwan Saidi (berbaju putih) berdiri di dekat bekas monumentu batu titik Jakarta 0 (nol) kilometer.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Pada gambar di atas ada foto saya dengan dua rekanKami bertiga berdiri tepat di titik Jakarta 0 Km. Di titik ini Belanda mendirikan Roa (tanda/patokan) berupa monument stone, rujukan dokumen foto tahun 1916. 

Sedihnya, monument batu ini sekarang sudah tiada, dirobohkan. Namun, saya masih simpan photo tersebut.

Selain itu, seorang tokoh Betawi almarhum Syah Manaf yang wafat sekitar lima tahun lalu dalam usia 80-an tahun, memberi kesaksiannya kepada saya tentang keberadaan monument tersebut. Rumah Syah Manaf sendiri tak jauh dari lokasi monumen batu itu.

Sebagai alat bukti lain dapat disaksikan di lokasi permukaan tanah yang menunjukan bekas adanya benda berat. Bahkan, di perempatan Roxy pernah ada papan penunjuk: ke timur Batavia 2 Km dan ke barat Tangerang. Dokumen foto itu ada pada saya.

'Roa' atau patokan itu penting untuk sebuah kota besar seperti Jakarta.Lokasi monumen berada di tepi sodetan kali Ciliwung Jalan Juanda di ujung pertigaan dengan Jl Pecenongan. 

Ini misalnya untuk mengetahui jarak Jakarta-Bogor 60 Km, maka menghitungnya dari monumen patokan Jak O Km tersebut. Jarak sepanjang ini terbentang sampai dengan Hotel Salak Bogor yang juga ada patoknya.

Jakarta-Tanjung Priyuk (asal kata Priok) itu 10 Km dihitung dari bila diukur dari titik '0 Km' ini sampai Stasion KA Tanjung Priyuk. Saya menulis sesuai dengan ejaan asli Priyuk yang artinya U-turn. Dalam bahasa Betawi balik bakul.

Baik di Jakarta mau pun Bogor patokan tidak dipasang di istana, tapi tak jauh dari istana. 

Dahulu, penyanyi legendaris Munif Bahaswan, dengan lagu bekend Bunga Nirwana, bercerita ke saya tentang Jakarta. Munif mengutip A. Rahman, seniman musik Melayu asal Medan. Munif bercerita bahwa pada tahun 1930 datang ke Jakarta seorang bangsawan Johor, Malaysia. Bangsawan itu jatuh hati dengan keindahan Jakarta. Ia menggubah lagu dan diberinya judul Jakarta Gembira. Sebait liricnya menyebutkan:

Kalau Tuan tamasya ke Tanah Jawa

Jangan lupa mampir dulu di Jakarta

Jakarta kota dagang yang istimewa

Terkenal di seluruh dunia

 

Riang serta gembira

Kota Jakarta permata Tanah Jawa. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement