Ahad 14 Nov 2021 16:55 WIB

Perguruan Tinggi Diminta Gandeng Industri Hasilkan Inovasi

Tugas akademisi kampus meneliti dan menghasilkan inovasi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perguruan Tinggi Diminta Gandeng Industri Hasilkan Inovasi (ilustrasi).
Foto: ipdigit.eu
Perguruan Tinggi Diminta Gandeng Industri Hasilkan Inovasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Dirjen Dikti Kementerian Dikbud Ristek, Nizam, mendorong perguruan tinggi agar lebih banyak bekerja sama dengan dunia industri. Sehingga, mampu menghasilkan produk-produk inovasi yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

Sebab, perguruan tinggi bukan sebuah pabrik yang harus berkompetisi di pasar dunia usaha. Namun, kerja sama dengan industri dimulai sejak awal pengembangan riset hingga bisa menghasilkan produk akhir berupa sebuah karya inovasi baru.

Tugas akademisi kampus meneliti dan menghasilkan inovasi. Karenanya, kerja sama dengan industri sangat diperlukan agar Indonesia berkedaulatan dalam penguasaan teknologi saat terbangkan pesawat sendiri 26 tahun lalu sebagai karya bangsa.

Setelah itu, karya-karya anak Indonesia seakan tidak terbang kembali dan sampai saat ini Indonesia masih bergantung kepada produk-produk impor. Belum lagi, ada kesenjangan transformasi sosial dan Indonesia sangat bergantung kepada impor.

 

"Lalu, alat-alat kesehatan 95 persen impor dan bahan baku obat saja 100 persen impor," kata Nizam dalam Penguatan Program Kerja Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Publikasi yang digelar Senat Akademik UGM dan Kemendikbudristek, Jumat (12/11).

Ia berpendapat, rendahnya penguasaan teknologi ini menyebabkan peringkat indeks pembangunan manusia INdonesia berada di bawah rata–rata global di peringkat 107 dari 189 negara. Tingkat daya saing kita berada di peringkat 40 dari 140 negara.

"Jika kita masih bergantung kepada impor, maka yang paling bersalah perguruan tinggi. Karenanya, kita harus menghasilkan calon pemimpin masa depan yang unggul, kreatif dan berdaya saing," ujar Nizam.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menerangkan, UGM sendiri lebih banyak mendorong berbagai riset dasar, riset sosial humaniora dan riset multidisiplin. Saat ini, riset yang paling menonjol lebih didominasi bidang saintek kesehatan.

Sebab, mampu hasilkan produk-produk aplikatif dan bisa dimanfaatkan. Penelitian humaniora sangat penting karena jadi masukan negara dalam pengambilan kebijakan.

Selain itu, UGM akan terus mendorong riset riset dalam bidang ilmu-ilmu dasar.

"Harus kami fasilitasi agar muncul terobosan baru bidang sains. Setidaknya, ke depan ada penerima nobel dari UGM, bisa mengembangkan teori-teori baru yang menjadi pengarah dari sebuah pengajuan ilmu pengetahuan," kata Panut.

Ketua Senat Akademik (SA) UGM, Prof Sulistiowati menambahkan, diskusi diharapkan membantu penyusunan program kerja SA bidang penelitian, pengabdian dan publikasi. Sehingga, selaras dengan program kerja yang ada di Kementerian Dikbud Ristek.

"Kebijakan yang disusun SA bisa mengacu kepada kegiatan tri dharma dan program kerja di Kementerian Dikbud Ristek," ujar Sulistiowati. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement