Kamis 11 Nov 2021 13:26 WIB

Kontribusi Ekspor UMKM Masih Rendah

Target kontribusi ekspor UMKM meningkat menjadi 17 persen pada 2024.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Produk UMKM dipajang saat gelaran Saketi YK Ing Mall di Mal Malioboro, Yogyakarta, Rabu (13/10). Sekati YK Ing Mall ini digelar untuk menghidupkan perayaan sekaten. Namun, nuansa sekaten ini dibawa ke mal atau pusat perbelanjaan di masa pandemi Covid-19 ini. Sekati YK Ing Mall ini diadakan hingga Senin (18/10) di tiga tempat Mall Malioboro, Galeria Mall, dan Lippo Plaza Jogja.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Produk UMKM dipajang saat gelaran Saketi YK Ing Mall di Mal Malioboro, Yogyakarta, Rabu (13/10). Sekati YK Ing Mall ini digelar untuk menghidupkan perayaan sekaten. Namun, nuansa sekaten ini dibawa ke mal atau pusat perbelanjaan di masa pandemi Covid-19 ini. Sekati YK Ing Mall ini diadakan hingga Senin (18/10) di tiga tempat Mall Malioboro, Galeria Mall, dan Lippo Plaza Jogja.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan, jumlah ekspor nasional meningkat pada triwulan III 2021. Dengan nilai ekspor yang naik sekitar 22,71 persen dibandingkan triwulan III 2020 yang cuma mencapai 17,24 persen.

Meski begitu, dari angka-angka tersebut, jumlah ekspor UMKM baru mencapai 15,65 persen. Angka itu masih jauh dibandingkan negara-negara lain seperti Singapura 41 persen, Thailand 29 persen, atau Cina mencapai 60 persen.

"Target kontribusi ekspor UMKM kita harapkan meningkat menjadi 17 persen pada 2024," kata Teten dalam Temu Bisnis Nasional UMKM yang diselenggarakan Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Rabu (10/11).

Teten menuturkan, faktor penunjang meningkatnya ekspor UMKM dapat dilihat dari kinerja Indeks Kinerja Logistik (LPI). Lalu, optimalisasi ekspor, menekan biaya logistik, mempersingkat waktu pengurusan dokumen ekspor dan kewajiban pabean.

 

Setelah itu, diperlukan peran kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, BUMN, perbankan, dengan segenap pemangku kebijakan. Sinergi itu sangat dibutuhkan dalam membangun ekosistem yang kondusif, serta untuk mendorong UKM go global.

Ia berharap, UGM jadi inkubator wirausaha, mendorong mahasiswa mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan bisnis, membangun jaringan bisnis. Kemenkop UKM akan mendorong lebih banyak UKM yang siap ekspor tahun ini.

Antara lain memfasilitasi standarisasi internasional bagi UKM, sekolah ekspor, pelatihan UKM ekspor, pembiayaan ekspor, sistem informasi ekspor, dan pameran berskala internasional. Selain itu, kerja sama peningkatan ekspor-ekspor lain.

"Ke depan, perlu beberapa inovasi kebijakan mendorong ekspor nasional dengan membangun infrastruktur logistik terpadu di dekat klaster UKM," ujar Teten.

Rektor UGM, Prof Panut Mulyono menuturkan, perdagangan dunia saat ini mengalami transformasi konvensional menuju digital. Kondisi ini menjadi momentum pelaku usaha mikro dan kecil guna melakukan transformasi pemasaran menuju pasar global.

Kontribusi UMKM ke ekspor nonmigas 15,6 persen, tapi partisipasi UMKM di rantai nilai global baru 4,1 persen. Kemitraan UMK/UMB 7 persen, rasio kewirausahaan nasional 3,47 persen dan keikutsertaan dalam digitalisasi UMKM masih 16 persen.

"Angka ini menunjukkan masih terbukanya peluang untuk pengembangan UMKM pada masa mendatang," kata Panut.

Kata kunci pengembangan UMKM berdaya saing di pasar global merupakan kolaborasi pentahelix universitas, pemerintah, perbankan, industri dan komunitas UMKM. Hal itu diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah-masalah yang dihadapi UMKM.

Berupa peningkatan kapasitas SDM, akses pembiayaan, akses pemasaran, peningkatan kapasitas dan mutu produk, standarisasi dan sertifikasi. Kemudian, perizinan, perlindungan kekayaan intelektual serta penguatan jejaring dan teknologi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement