Jumat 05 Nov 2021 15:32 WIB

Pemkab Normalisasi Puluhan Sungai di Bekasi Cegah Banjir

Normalisasi sungai bukanlah satu-satunya solusi mencegah banjir di Kabupaten Bekasi.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Alat berat mengeruk Sungai Srengseng di Kabupaten Bekasi, untuk menambah debit kapasitas air agar wilayah sekitarnya tidak banjir.
Foto: Dok Pemkab Bekasi
Alat berat mengeruk Sungai Srengseng di Kabupaten Bekasi, untuk menambah debit kapasitas air agar wilayah sekitarnya tidak banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi  melakukan normalisasi puluhan sungai yang mengalami penyempitan dan pendangkalan sebagai upaya pencegahan serta penanggulangan masalah banjir di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Ada 44 titik sungai pada tahun ini, yang dinormalisasi dengan alokasi anggaran mencapai Rp 25,4 miliar.

"Sedang dikerjakan, progresnya sudah 36 persen. Kami targetkan di akhir Desember nanti seluruh kegiatan normalisasi sudah selesai," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi Kabupaten Bekasi, Iwan Ridwan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jumat (5/11).

Dia mengatakan, normalisasi sungai memang bukanlah satu-satunya solusi mencegah banjir. Namun, setidaknya upaya itu menandakan Pemkab Bekasi berupaya maksimal melalui seluruh skema kegiatan pencegahan dan pengendalian musibah banjir.

Menurut Iwan, peran serta segenap lapisan masyarakat dibutuhkan dalam upaya mencegah banjir melanda wilayahnya terutama banjir tahunan yang diprediksi datang pada setiap pengujung hingga awal tahun. "Misalnya dengan perilaku tidak membuang sampah sembarangan termasuk ke sungai karena itu juga menjadi pemicu terjadinya banjir," katanya.

Iwan menjelaskan, ada beberapa kendala saat melakukan normalisasi sungai. Di antaranya, tidak terdapat akses jalan untuk masuk alat berat hingga banyaknya bangunan liar di bantaran sungai yang menghambat pekerjaan. Dia menyebut, menyebut salah satu titik pekerjaan normalisasi berada di aliran Sungai Srengseng sepanjang delapan kilometer yang melintasi enam desa.

Di antaranya, Desa Setiadarma di sisi kiri sungai serta Desa Tambun, Mekarsari, Wanasari, Tridaya Sakti, dan Desa Sumberjaya di sisi kanan sungai. "Kendalanya sama, di beberapa titik alat berat kita susah masuk, kemudian bangunan liar juga masih banyak dijumpai. Mudah-mudahan tidak membuat pekerjaan jadi tidak maksimal," kata Iwan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement