Kamis 04 Nov 2021 04:30 WIB

Spionase Ingin Bunuh Pembangkang Chechnya di Turki

Pembangkang Chechnya yang diincar itu bernama Abdulhakim.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Teguh Firmansyah
Spionase incar sasaran (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA.CO.ID
Spionase incar sasaran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Sebuah penyelidikan baru mengungkap bahwa anggota jaringan spionase yang dipenjara bulan lalu berencana untuk membunuh seorang pembangkang Chechnya di Turki. Diduga mereka tertindak atas perintah Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov.

Jaringan spionase yang terdiri dari empat orang Rusia, satu warga Ukraina, dan satu orang Uzbekistan, telah merencanakan ingin membunuh pembangkang Chechnya yang tinggal di Turki bernama Abdulhakim. Pembangkang ini disebut berjuang untuk oposisi di Suriah melawan rezim Bashar Assad.

Baca Juga

Menurut informasi yang diperoleh Organisasi Intelijen Nasional Turki (MIT), pemimpin jaringan klandestin, Bislan Rasaev, menerima perintah dari seorang wakil Duma bernama Kazbek Dukuzov, dan sepupu pemimpin Chechnya Kadyrov bernama Adam Delimkhanov yang sebetulnya juga dicari oleh interpol. Dukuzov disebut juga telah mengeluarkan perintah untuk empat pembunuhan pembangkang Chechnya di Eropa sejak 2004.

Dalam laporannya, MIT juga mengungkapkan bahwa Rasaev berencana mengumpulkan senjata untuk membunuh Abdula Abdulaev yang memiliki kode nama "Ebubekir". Ebubekir ini adalah seorang penyelundup dan anggota organisasi teroris ISIS. Dalam penggerebekan yang dilakukan di rumah tersangka, ditemukan senjata yang dilengkapi dengan laser dan peredam suara.

Pada 21 Oktober, TRT News melaporkan enam tersangka telah dipenjara sambil menunggu persidangan atas dugaan rencana pembunuhan terhadap pembangkang Chechnya di Turki. Para tersangka ditahan atas tuduhan spionase politik dan militer, dan telah mempersiapkan aksi bersenjata dan mata-mata terhadap tokoh-tokoh oposisi Chechnya.

Laporan itu juga menyebutkan, mereka awalnya ditahan di provinsi Mediterania Antalya pada 8 Oktober dalam penyelidikan yang dipimpin oleh jaksa di Istanbul. Mereka ditahan di penjara Maltepe Istanbul. Tuduhan spionase membawa hukuman penjara 15 sampai 20 tahun.

Banyak pembangkang dari seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah telah mendirikan pangkalan di Turki dan terkadang menjadi sasaran. Investigasi dilakukan menyusul operasi MIT lain yang mengungkap jaringan operasi yang bekerja untuk badan intelijen Israel Mossad.

Tim MIT yang beranggotakan 200 orang mengungkapkan, badan tersebut telah melakukan kegiatan melawan lawan Tel Aviv dan mahasiswa asing di Turki.

Jaringan Mossad, yang terdiri dari lima sel terpisah dari tiga orang, dilacak oleh unit MIT selama setahun. Setelah informasi itu disampaikan ke polisi, pasukan kontraterorisme Turki menangkap 15 mata-mata dalam operasi rahasia yang dilakukan pada 7 Oktober di empat provinsi.

Namun, ternyata spionase itu telah memberikan informasi kepada Mossad tentang mahasiswa asing yang terdaftar di universitas Turki, terutama mereka yang dianggap bisa bekerja di industri pertahanan di masa depan.

Penyelidikan juga mengungkap, salah satu sel sangat penting karena anggotanya ditugaskan untuk menghubungi petugas lapangan Mossad dan bertemu dengan mereka di luar negeri.

Dalam lingkup Operasi Kama (Belati), tersangka yang bertekad bersiap untuk membunuh seorang warga negara Rusia keturunan Chechnya, Vahid Edelgirev, ditangkap pada April 2016. Edelgirev sendiri adalah anggota Emirat Kaukasus, sebuah organisasi Chechnya yang ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Rusia dan Amerika Serikat.

Dalam Operasi Gümüş (Perak), polisi Istanbul melakukan operasi terhadap Markharbi Isaev, warga Rusia lainnya keturunan Chechnya, dan mereka yang diberikan senjata oleh jaringan Kadyrov untuk membunuh seorang Chechnya di Istanbul Turki.

Selama bertahun-tahun MIT telah mencegah banyak serangan dan upaya pembunuhan di Turki oleh dinas intelijen terhadap pembangkang, jurnalis dan warga sipil yang dipandang sebagai ancaman oleh negara-negara seperti Iran, Rusia, Suriah, Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement