Senin 01 Nov 2021 15:41 WIB

Kronologi Khadijah Mengakui Kerasulan Nabi Muhammad

Khadijah berusaha menenangkan Nabi Muhammad.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Kronologi Khadijah Mengakui Kerasulan Nabi Muhammad. Foto:   Rasulullah SAW. Ilustrasi
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Kronologi Khadijah Mengakui Kerasulan Nabi Muhammad. Foto: Rasulullah SAW. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Setelah menceritakan kepada Waraqa binti Nuafal pendeta Nasrani apa yang terjadi pada suaminya (Nabi Muhammad), Khadijah kembali pulang. Pada saat pulang suaminya masih tertidur pulas dan tampak kelelahan dari posisi tidurnya.

"Khadijah pulang, dlihatnya Muhammad masih tidur  Dipandangnya suaminya itu dengan rasa kasih dan penuh ikhlas, bercampur harap dan cemas," tulis Husen Haekal dalam bukunya Sejarah Muhammad.

Baca Juga

Dalam tidur yang demikian itu, tetiba suaminya itu menggigil, nafasnya terasa sesak dengan keringat yang sudah membasahi wajahnya. Ia terbangun, manakala didengarnya malaikat datang membawakan wahyu kepadanya:

"Orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu.” (Qur’an 74: 1-7).

Dipandangnya ia oleh Khadijah, dengan rasa kasih yang lebih besar. Didekatinya ia perlahan-lahan seraya dimintanya, supaya kembali ia tidur dan beristirahat.

"Waktu tidur dan istirahat sudah tak ada lagi, Khadijah," jawabnya. 

"Jibril membawa perintah supaya aku memberi peringatan kepada umat manusia, mengajak mereka, dan supaya mereka beribadat hanya kepada Allah."

"Tapi siapa yang akan kuajak? Dan siapa pula yang akan mendengarkan?" 

Khadijah berusaha menenteramkan hatinya. Cepat-cepat ia menceritakan apa yang didengarnya dari pamannya, Waraqah tadi. Dengan penuh gairah dan bersemangat sekali kemudian ia menyatakan dirinya beriman atas kenabiannya itu.

"Sudah sewajarnya apabila Khadijah cepat-cepat percaya kepadanya. Karena Ia sudah mengenalnya benar," kata Husen Haekal.

Selama hidupnya laki-laki itu selalu jujur, orang berjiwa besar ia dan selalu berbuat kebaikan dengan penuh rasa kasih-sayang.  Dilihatnya betapa besar kecenderungannya kepada kebenaran, dan hanya kebenaran semata-mata.

Ia mencari kebenaran itu dengan persiapan jiwa, kalbu dan pikiran yang sudah begitu tinggi, membubung melampaui jangkauan yang akan dapat dibayangkan manusia. Manusia yang menyembah patung dan membawakan kurban-kurban ke sana.

"Mereka yang menganggap bahwa itu adalah tuhan yang dapat mendatangkan bencana dan keuntungan," katanya.

Mereka membayangkan, bahwa itu patut disembah dan diagungkan. Wanita itusudah melihatnya betapa benar ia pada tahun-tahun masa tahannuth itu. Juga ia melihatnya betapa benar keadaannya tatkala pertama kali ia kembali dari gua Hira setelah kerasululannnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement