Ahad 31 Oct 2021 02:26 WIB

Bulog dan BKKBN Siapkan Pangan Bergizi Atasi Stunting

Selain BKKBN, Bulog juga berkoordinasi dengan Kemensos menyiapkan pangan bergizi

Pemerintah telah mencanangkan prevalensi stunting sebagai prioritas nasional ditekan serendah-rendahnya dengan target 14 persen pada tahun 2024. Diketahui, salah satu faktor yang menyebabkan kekerdilan atau stunting  yakni kurangnya konsumsi gizi zinc (Zn) yang terjadi di masyarakat, utamanya pada anak-anak.
Foto: istimewa
Pemerintah telah mencanangkan prevalensi stunting sebagai prioritas nasional ditekan serendah-rendahnya dengan target 14 persen pada tahun 2024. Diketahui, salah satu faktor yang menyebabkan kekerdilan atau stunting yakni kurangnya konsumsi gizi zinc (Zn) yang terjadi di masyarakat, utamanya pada anak-anak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Perum Bulog berkoordinasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menyiapkan pasokan bahan pangan bergizi untuk mengatasi masalah stunting atau balita kurang gizi kronis. Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto mengatakan di Sukabumi, Jumat (29/10).

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso telah bertemu dengan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo selaku penanggung jawab program penurunan angka stunting untuk memastikan ketersediaan pangan bergizi dalam rangka menekan jumlah balita kurang gizi kronis di Indonesia."Pak Dirut sudah ketemu dengan Kepala BKKBN. Jadi tentu saja kita selaku salah satu operator terkait pangan pemerintah, kita sudah menawarkan program itu," kata Suyamto menanggapi rencana program Bulog Peduli Gizi dalam skala yang lebih besar untuk penanganan stunting nasional.

Selain dengan BKKBN, Bulog juga berkoordinasi dengan Kementerian Sosial untuk menyiapkan pasokan pangan bergizi sebagai salah satu produk pada bantuan sosial yang biasa diberikan pada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) baik itu Program Keluarga Harapan (PKH) ataupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)."Selain itu kita terus komunikasi dengan Kementerian Sosial, bahwa bansos untuk daerah-daerah tertentu itu berasnya ada kandungan fortifikasinya, jadi bisa menggunakan beras Fortivit," kata Suyamto.

Bantuan sosial berupa beras dengan fortifikasi bisa diberikan pada KPM di daerah yang angka stuntingnya tinggi."Artinya bantuan secara natural itu jalan tapi berasnya juga mengandung gizi.

Artinya dua tujuan, di satu sisi masyarakat bisa mendapatkan beras untuk pemenuham karbohidratnya, yang kedua ada nilai gizinya," jelas Suyamto.

Beras fortifikasi adalah beras yang pada proses produksinya sudah ditambahkan berbagai nutrisi mikro untuk meningkatkan nilai gizi. Beras fortifikasi produksi Bulog yang bernama Fortivit memiliki kandungan vitamin A, B1, B3, B6, B12, asam folat, zat besi, dan zinc.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement