Kamis 28 Oct 2021 14:48 WIB

KJRI Jeddah: Beragam Tantangan Haji di Masa Depan

Permintaan haji yang meningkat tak hanya di Indonesia, tapi juga negara muslim lain

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Esthi Maharani
 Jamaah haji shalat untuk pertama kalinya sejak awal pandemi virus corona, di depan Ka
Foto: AP/Amr Nabil
Jamaah haji shalat untuk pertama kalinya sejak awal pandemi virus corona, di depan Ka

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Konsul Jenderal RI Jeddah Eko Hartono menyebut ada beragam tantangan pelaksanaan haji di masa depan. Permintaan haji di seluruh dunia terlihat bertumbuh beberapa tahun terakhir.

"Umat Islam di seluruh dunia diharapkan melakukan haji, setidaknya sekali dalam hidup. Beberapa Muslim harus mulai menabung sejak masih muda, bahkan ada yang harus menunggu selama 40 tahun untuk menunaikan haji," kata dia saat menghadiri kegiatan webinar Konferensi Haji Internasional, Kamis (28/10).

Baca Juga

Kondisi ini disebut terjadi karena banyak Muslim di berbagai belahan dunia mengalami peningkatan pendapat, disamping terwujudnya kemakmuran ekonomi negara. Permintaan haji yang meningkat disebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga negara Muslim lainnya.

Di sisi lain, ia mengingatkan akan daya tampung atau fasilitas di Mekkah, khususnya di Mina, yang selama ini masih terbatas. Hal ini pula yang menyebabkan hadirnya sistem kuota bagi tiap negara.

Tantangan yang harus dihadapi apakah akan membiarkan kapasitas yang ada melayani peziarah sesuai dengan titik maksimalnya, seperti dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, atau akankah dilakukan perubahan untuk keluar dari kondisi tersebut.

"Jika mempertahankan kapasitas seperti sekarang, maka waktu tunggu akan menjadi lebih lama. Tetapi, sisi positifnya adalah jumlah jamaah haji dalam jangkauan yang mudah dikelola," lanjutnya.

Di sisi lain, Eko menyebut bisa saja otoritas terkait mengambil resiko dengan mengembangkan dan memperluas fasilitas yang ada. Jika langkah ini diambil, maka lebih banyak jamaah yang bisa tertampung dan memperpendek daftar antrian keberangkatan haji.

Untuk mengambil langkah ini, tantangan yang harus dihadapi adalah dibutuhkannya investasi dan manajemen haji yang lebih rumit.

Ia menyebut, setiap pihak berusaha menghindari konsekuensi jamaah yang terlalu padat dan menjauh dari masalah yang tidak diinginkan.

Salah satu bagian dari proposal pengembangan layanan haji ada di wilayah Mina, dimana muncul gagasan membangun asrama bertingkat untuk menggantikan tenda-tenda yang ada. Ide ini, disebut Eko, telah ada dalam beberapa waktu terakhir namun belum menemui akhir keputusan yang jelas.

Proyek ambisius lain yang saat ini sedang berjalan ada di fasilitas Masjidil Haram. Proyek sepanjang 4 km akan berdiri di dekat Masjidil Haram, dan akan dipenuhi dengan apartemen, hotel, mall, maupun fasilitas lain yang diperlukan jamaah haji.

Proyek-proyek ini akan didukung akan didukung dengan hadirnya stasiun bus dan kereta api yang saling terhubung. Hal ini disebut sebagai sebuah proyek yang besar.

"Mudah-mudahan, Indonesia juga maju dengan rencananya, membangun beberapa hotel dan apartemen di kawasan itu, khusus untuk jamaah haji Indonesia," ujarnya.

Lebih lanjut, masa pandemi ini disebut telah mengubah cara setiap orang menjalankan bisnis. Dalam hal pelaksanaan haji, Pemerintah Saudi mengambil kebijakan yang memastikan jamaah haji tetap merasa aman dan nyaman.

Upaya-upaya yang dilakukan Saudi ini didukung dengan semakin terdigitalisasinya kebijakan yang ada, dengan tujuan membuat regulasi yang lebih baik dan transparan.

Pandemi Covid-19 disebut belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, apalagi dalam waktu dekat atau 2 hingga 3 tahun mendatang. Dengan kondisi ini, ada kemungkinan kuota haji akan berkurang, namun diharap hal ini tidak berlangsung lama.

Sebagai pengirim jamaah haji dengan jumlah terbanyak, ia menyebut Indonesia perlu terus bereksplorasi, dengan tujuan meningkatkan manajemen haji yang ada.

Selama ini, Indonesia telah dipuji karena pengaturan hajinya yang dikelola dengan baik. Tetapi, pandemi memaksa setiap pihak untuk mencari opsi terbaik untuk masalah tak terduga, seperti vaksinasi dan PCR.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement