Senin 25 Oct 2021 19:06 WIB

APBN Berpotensi Jebol karena Harga Minyak Dunia

Saat ini Pertamina masih harus menanggung selisih harga keekonomian Pertalite.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Harga minyak dunia (ilustrasi).
Foto: REUTERS/Max Rossi
Harga minyak dunia (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mengakui harga minyak dunia yang meroket juga disusul harga gas maupun LPG juga ikut terbawa naik akan berdampak pada beban APBN. Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan saat ini saja ICP sudah berada di angka 38,07 dolar per barel dan harga gas CP Aramco berada di angka 800 dolar AS per metrik ton. 

Kondisi ini menjadi beban APBN karena negara masih harus menangung subsidi elpiji, solar dan juga memberikan kompensasi penjualan Premium kepada Pertamina."Harga minyak dunia naik tentu saja ini berkaitan dengan beban APBN untuk subsidi BBM dan elpiji. Juga tentu saja besaran kompensasi yang harus diberikan pemerintah ke Pertamina atas penjualan Premium," ujar Soerja dalam konferensi pers, Senin (25/10).

Tak hanya bagi pemerintah saja. Saat ini Pertamina juga masih harus menanggung selisih harga keekonomian penjualan Pertalite.

Menurut Soerja, saat ini harga keekonomian Pertalite berada di angka Rp 11.000 per liter. Padahal, harga Pertalite yang dibanderol ke masyarakat sebesar Rp 7.650 per liter.

"Nah, ini kembali lagi agar supaya tidak terjadi keresahan di masyarakat kenaikan harga. Jadi Pertamina diharapkan tetap mensupport kelancaran distribusi Pertalite yang terjangkau," ujar Soerja.

Ia mengaku memang saat ini pemerintah masih harus menjaga harga jual BBM. Mengingat hari ini masyarakat juga baru saja pulih dari pandemi. Tak sedikit juga masyarakat yang masih harus berusaha bangkit dari pandemi.

Hal ini juga yang menjadi penyebab kata Soerja hingga hari ini Pemerintah dan Pertamina belum membahas lebih lanjut soal perubahan harga jual BBM."Jadi, kemungkinan pemerintah yang kira kira ngalah lah sama rakyat supaya gak ada inflasi dan tetap tenang," ujar Soerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement