Senin 25 Oct 2021 13:46 WIB

Modal Asing Masuk Rp 9,9 T di Pasar Saham RI Selama Oktober

Selama Oktober juga terjadi aliran dana keluar di pasar SBN sebesar Rp 2,6 triliun.

Seorang pria berjalan melewati papan elektronik yang menampilkan harga saham di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Indonesia. ilustrasi
Foto: AP/Dita Alangkara
Seorang pria berjalan melewati papan elektronik yang menampilkan harga saham di Bursa Efek Indonesia, di Jakarta, Indonesia. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan aliran modal asing tercatat masuk senilai Rp 9,9 triliun di pasar saham selama Oktober 2021."Di pasar saham memang masih terdapat modal asing masuk (inflow) sejak September 2021 yakni Rp 4,3 triliun dan kemudian meningkat lagi di Oktober 2021," kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi Oktober 2021 secara daring di Jakarta, Senin.

Meski begitu, ia mengatakan terjadi aliran dana keluar (outflow) di pasar surat berharga negara (SBN) senilai Rp 18,7 triliun pada September 2021, yang kemudian menurun menjadi Rp 2,6 triliun di Oktober 2021. Penyebabnya, tekanan dari global yaitu kenaikan imbal hasil atau yield surat utang Amerika Serikat (AS) dan kemungkinan terjadinya pengurangan pembelian aset (tapering) oleh Bank Sentral AS, The Fed.

Baca Juga

Mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menuturkan yield obligasi Negeri Paman Sam tenor 10 tahun sudah melonjak tinggi sejak awal 2021 dari 1,06 persen menjadi 1,6 persen hanya kurang dari dua bulan.Yield SBN RI tenor 10 tahun juga meningkat pada September 2021 sebesar 31 basis poin (bps), demikian pula dengan negara emerging market lainnya seperti imbal hasil surat utang Brazil yang naik 61 bps, Afrika Selatan 49 bps, dan Kolombia 45 bps.

"Tentu biasanya kenaikan dari yield di Amerika Serikat akan mempengaruhi aliran modal asing ke negara-negara emerging market," ungkapnya.

Walaupun terdapat tekanan yang cukup tinggi dari global, Sri Mulyani berpendapat kinerja surat utang negara (SUN) Indonesia 10 tahun terutama dengan dominasi rupiah maupun valuta asing masih terjaga, yang didukung penurunan pasokan SBN di pasar perdana serta penerbitan SBN dalam skema Surat Keputusan Bersama (SKB) III di akhir tahun ini.

Dengan demikian, yield SUN Indonesia tenor 10 tahun mulai menurun pada Oktober 2021, begitu juga dengan imbal hasil SBN Indonesia tenor lima tahun yang masih rendah sejak awal 2021.

"Hal ini yang menggambarkan Indonesia cukup berdaya tahan dan reputasi kita secara global dari SUN maupun kredibilitas kebijakan makro, terutama fiskal mampu menciptakan posisi SBN yang sangat baik," kata Sri Mulyani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement