Senin 25 Oct 2021 12:03 WIB

Intensitas Gempa Ambarawa Kian Menurun

Tak ada gempa susulan yang kekuatannya relatif sama atau lebih besar dari gempa utama

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andi Nur Aminah
Sebagian warga Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah memilih berdiam di luar rumah dengan mendirikan tenda atau sekedar menggelar tikar, menyusul guncangan gempa bumi susulan masih berlanjut hingga Sabtu (23/10) malam.
Foto: Bowo Pribadi
Sebagian warga Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah memilih berdiam di luar rumah dengan mendirikan tenda atau sekedar menggelar tikar, menyusul guncangan gempa bumi susulan masih berlanjut hingga Sabtu (23/10) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Intensitas gempa tektonik yang berpusat di sekitar wilayah Kota Salatiga dan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terus mengalami penurunan. Sepanjang Ahad (24/10) pukul 13.00 WIB hingga Senin (25/10) pukul 07.00 WIB BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara mencatat hanya sekali terjadi gempa susulan.

"Terakhir gempa terpantau pada Senin (25/10) pukul 05.05 WIB dengan magnitudo 2,5 SR," kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara, Setyoajie Prayoedhie, melalui sambungan telepon.

Baca Juga

Meski secara intensitas telah mengalami penurunan yang signifikan --jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya-- ia belum berani memastikan rentetan gempa bumi tektonik tersebut telah berakhir. Sebab karakteristik gempa tektonik swarm berbeda dengan jenis gempa tektonik lainnya. Artinya tidak ada gempa yang menonjol atau gempa susulan yang kekuatannya relatif sama dengan gempa utama.

Kecuali gempa periodik yang terjadi dalam satu klaster. Kendati begitu, ia berharap menurunnya intensitas gempa tersebut sebagai pertanda baik, karena jumlah gempa yang terjadi telah jauh menurun.

 

"Tentunya, harapan kami gempa tektonik yang -dalam tiga hari terakhir-- mengguncang Salatiga dan Ambarawa ini bisa segera berakhir dan masyarakat tidak mengkhawatirkannya," tegas Setyoajie.

Terkait dengan hal itu imbauan yang dikeluarkan BMKG Stasiun Gelogi Banjarnegara masih tetap sama, masyarakat silakan beraktivitas dengan normal namun tidak meninggalkan protokol pencegahan (kewaspadaan) diri. Demikian juga masyarakat bisa mengidentifikasi, kalau memang tidak ada dampak kerusakan bangunan rumahnya maka masyarakat sementata tidak perlu mengungsi.

Kalaupun ada kerusakan akibat dampak yang ditimbulkan oleh gempa tersebut, masyarakat bisa menghubungi BPBD atau dinas terkait lainnya untuk dilakukan asesmen. Apakah kerusakan yang ditimbukan tèrsebut masih dalam kategori aman atau tidak, sehingga akan ada tindaklanjut dari instansi yang berwenang tersebut.

"Kalau memang dari asesmen tersebut dinyatakan kurang aman, tentu BPBD akan memberikan solusi dan menyiapkan tempat di mana masyarakat harus tinggal sementara," tandas Setyoajie.

Sebelumñya, warga di sejumlah lingkungan di wilayah Kecamatan Ambarawa mengaku masih ketakutan dengan rentetan gempa susulan yang masih berlangsung secara periodik. Ari Widiyastuti (36), salah satu warga lingkungan Perum Wahid, Dusun Busungan, Kelurahan Tambakboyo, Kecamatan Ambarawa berharap gempa tektonik yang secara berkala masih berlangsung dan dirasakan warga Ambarawa bisa segera berakhir.

Sehingga warga tidak dicekam kekhawatiran yang semakin berkepanjangan. Ia mengungkapkan intensitas gempa yang terjadi sepanjang hari Sabtu (23/10) mengakibatkan warga takut beraktivitas di dalam rumah. “Semoga, kondisi gempa yang mulai berkurang ini bisa berlangsung terus dan berakhir, sehingga warga tidak khawatir lagi untuk beraktivitas di dalam rumah sendiri,” jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement