Selasa 19 Oct 2021 16:13 WIB

Maulid Nabi, Tiga Hal yang Perlu Dipahami Kaum Muslim

Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW selalu jadi sumber nilai kebaikan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Umat Islam di seluruh dunia merayakan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, setiap 12 Rabiul Awwal dalam kalender Hijriyah. Tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada 19 Oktober 2021.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengajak umat Islam menampilkan teladan utama atau uswah hasanah terkait tiga konteks. Pertama, memperpendek, meminimalisasi, bahkan menghilangkan kesenjangan nilai agama.

Yang serba baik, serba benar, serba utama, dengan praktik kehidupan nyata yang sering kali berbeda dari nilai-nilai yang telah diajarkan agama Ia menekankan, praktik itu bukan hanya diperlukan umat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi, dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan lebih luas di mana agama jadi sumber nilai utama. Kedua, agar umat memperhatikan di tengah penguasaan teknologi, kehidupan politik, ekonomi, dan budaya modern, masih tersisa krisis.

Mulai krisis moral, krisis perilaku, krisis keteladanan, dan berbagai kekerasan atas nama apapun. Maka itu, seyogyanya umat beragama khususnya, kaum Muslim untuk menghadirkan alam pikiran, sikap, dan tindakan yang mampu menjadi solusi.

"Solusi atas berbagai permasalahan kehidupan yang bersifat krisis tersebut," kata Haedar, Selasa (19/10).

Haedar menekankan, kaum Muslim harus mampu menjadikan Islam dan figur Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan. Untuk menghadirkan kehidupan yang lebih beradab, lebih bermoral, dan lebih menjunjung tinggi nilai-nilai utama.

Selain itu, lanjut Haedar, suri teladan dalam menyebar perdamaian dan persatuan, serta dalam mencegah segala bentuk permusuhan, kebencian, kekerasan dan keretakan. Sekaligus, mencegah hal-hal yang dapat membuat suatu bangsa mengalami kejatuhan.

Ketiga, Haedar berpesan agar bangsa Indonesia yang sejatinya berbasis kebudayaan luhur mampu wujudkan cita-cita luhur membangun kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur sebagaimana cita-cita para pendiri bangsa.

"Saya percaya, peringatan kelahiran Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam selalu jadi sumber nilai kebaikan, keutamaan, dan keluhuran hidup kita bersama," ujar Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement