Senin 18 Oct 2021 13:24 WIB

Kementan Rilis SISCrop 2.0, Ini Kelebihannya

SISCrop 2.0 sangat memungkinkan untuk memantau kondisi pertanaman dengan baik.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Gita Amanda
Tanaman kopi (Ilustrasi). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian hari ini (18/10) merilis Sistem Informasi Standing Crop (SISCrop) Versi 2.0.
Foto: VOA
Tanaman kopi (Ilustrasi). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian hari ini (18/10) merilis Sistem Informasi Standing Crop (SISCrop) Versi 2.0.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian hari ini (18/10) merilis Sistem Informasi Standing Crop (SISCrop) Versi 2.0. Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufry mengatakan SISCrop 2.0 memiliki sejumlah kelebihan dibanding terdahulunya yakni SISCrop 1.0.

"Dengan menggunakan ini (SISCrop 2.0), populasinya bisa 100 persen karena kita bisa memonitor hingga 7,46 juta hektare sawah," kata Fadjry dalam peluncuran SISCrop 2.0 secara virtual, Senin (18/10).

Baca Juga

Pada 7 Desember 2020, Balitbangtan Kementan telah merilis SISCrop 1.0 yang hanya menyediakan informasi fase tumbuh tanaman padi. Sementara untuk SISCrop 2.0, selain menyajikan fase tumbuh tanaman padi terupdate juga dilengkapi dengan provitas padi sawah di seluruh Indonesia.

Fadjry mengatakan dengan berbasis satelit radar pada SISCrop 2.0 sangat memungkinkan untuk memantau kondisi pertanaman dengan baik. "Kita tahu, kalau berbasis optik, akurasinya kurang maksimal karena tidak tembus awan. Kalau berbasis radar kita bisa monitor lebih baik," jelas Fadjry.

Dia menambahkan, dengan versi terbaru saat ini juga masih perlu dilakukan validasi. Fadjry memastikan, tim akan terus memperbarui validasi data yang sudah didapatkan.

Fadjry memastikan akan terus mendorong penggunaan SISCrop 2.0. "Ini juga akan membantu penentu kebijakan untuk semua pemangku kepentingan terkait kebutuhan data termasuk Kemendag mengenai informasi padi bagaimana produktivitasnya," ungkap Fadjry.

Dia mengharapkan, nantinya tidak hanya padi saja yang dapat dipantau namun juga jagung dan kedelai. Setelah peluncuran dilakukan, Fadjry memastikan FGD dan sosialisasi penggunaan SISCrop 2.0 akan dilakukan.

Sementara itu, Peneliti Balai Besar Penelitian dan pengembangan Sumber Daya Lahan pertanian Balitbangtan Kementan Rizatus Shofiyati mengatakan informasi pada SISCrop 2.0 divisualisasikan melalui peta interaktif secara spasial. Begitu juga dengan melalui data numerik berbentuk tabular dan grafik yang diupdate setiap 15 hari.

SISCrop 2.0 juga dapat diakses melalui web browser. Untuk selanjutnya, rencananya juga dapat diakses melalui mobile app.

Rizatus mengatakan, informasi provitas yang dianalisis dari beberapa model spesifik lokasi memiliki simpangan Root Square Mean Error (RSME) sebesar 0,17-0,27 ton perhektare dengan akurasi mendekati 80 persen. Pengembangan model fase tumbuh dan provitas tanaman padi akan terus diperbaiki untuk meningkatkan akurasinya.

"Informasi dalam SISCrop 2.0 akan sangat membantu dalam menetapkan luas tanam, luas panen, provitas, dan estimasi produksi padi nasional," jelas Rizatus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement