Ahad 17 Oct 2021 06:15 WIB

Tradisi dan Instruksi Muhammadiyah tentang Maulid Nabi

Peringatan maulid Nabi sudah menjadi tradisi Muhammadiyah.

Tradisi dan Instruksi Muhammadiyah tentang Maulid Nabi. Warga menggotong aneka barang sedekah saat Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampung Tegalparang, Soyog, Serang, Banten, Ahad (1/11/2020). Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung setiap bulan Mulud pada penanggalan Jawa dilakukan dengan mengumpulkan aneka barang sedekah untuk diarak keliling kampung dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Tradisi dan Instruksi Muhammadiyah tentang Maulid Nabi. Warga menggotong aneka barang sedekah saat Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kampung Tegalparang, Soyog, Serang, Banten, Ahad (1/11/2020). Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW berlangsung setiap bulan Mulud pada penanggalan Jawa dilakukan dengan mengumpulkan aneka barang sedekah untuk diarak keliling kampung dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Isngadi, Direktur Pusat Data Suara Muhammadiyah 2017

Sama halnya dengan nama bulan puasa yang lebih dikenal daripada bulan ramadhan yang merupakan nama resmi bulan kesembilan dalam hitungan almanak hijriyah, banyak pula masyarakat Islam Indonesia yang lebih kenal bulan mulud (Maulud)  daripada bulan bulan Rabiul Awal. Mengapa demikian?

Baca Juga

Mungkin karena ada kegiatan puasa di bulan Ramadhan dan ada kegiatan peringatan milad nabi (muludan-maulidan) di bulan Rabiul Awal. Dua jenis kegiatan ini memang sudah nyaris menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan dengan syiar Islam di bumi Indonesia.

Jauh sebelum gagasan tentang NKRI terpikirkan oleh siapapun. Kedua kegiatan biasanya dirayakan dengan penuh kegembiraan oleh semua umat Islam, termasuk oleh Muhammadiyah.

 

Majalah Suara Muhammadiyah nomor 11 tahun 1921 yang terbit di bulan Rabiul Awal, secara khusus dicetak melebihi oplagh biasanya, yakni 5.000 eksemplar. Pencetakan yang lebih banyak ini dimaksudkan agar kisah nabi Muhammad yang ada di dalam majalah tersebut dapat tersebar secara lebih merata dan bisa terdistribusikan ke lebih banyak sasaran.

Harapannya agar lebih banyak warga Muhammadiyah yang semakin paham tentang kisah Nabi Muhammad. Selain itu agar paham pula asal mula perayaan sekatenan. Tradisi hasil kreasi para leluhur yang dalam rancangannya tidak dapat dipisahkan dengan peringatan maulid nabi yang diklaim sudah dimulai sejak zaman Demak pada tahun 1477 M.

Pada tahun-tahun setelah tahun 1921, Suara Muhamadiyah juga memuat reportase peringatan Maulid Nabi dari berbagai daerah di Indonesia. Peringatan itu rata-rata dihadiri ratusan hingga ribuan warga.

Dengan kata lain, sama halnya dengan umat Islam lain di Indonesia, Muhammadiyah juga terbiasa  mengadakan peringatan maulid Nabi. Dapat pula dikatakan, peringatan maulid Nabi sudah menjadi tradisi Muhammadiyah. Bahkan risalah maulid nabi yang beberapa kali dibaca saat puncak acara sekaten kraton Yogyakarta adalah risalah maulid nabi yang dihimpun oleh RH Wardan Diponingrat (Ketua Majelis Tarjih PP Muhammadiyah 1959-1985).

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement