Sabtu 16 Oct 2021 14:21 WIB

Semester I 2021, Pendapatan BUMN Meningkat Rp 96,5 Triliun

Sektor jasa keuangan mencatatkan pertumbuhan sebesar 7 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah), Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi (kanan). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kinerja kuangan yang positif pada semester I 2021.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah), Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi (kanan). Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kinerja kuangan yang positif pada semester I 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membukukan kinerja kuangan yang positif pada semester I 2021. Kondisi ini tercermin dari sisi pendapatan yang mengalami peningkatan signifikan sebesar Rp 96,5 triliun terutama di topang oleh sektor energi, keuangan, dan pertambangan. 

BUMN dari sektor energi mampu mencetak penjualan sebesar Rp 60,04 triliun atau tumbuh 13 persen. Kemudian sektor jasa keuangan mencatatkan pertumbuhan sebesar 7 persen menjadi Rp 13,6 triliun. Sedangkan sektor pertambangan memgalami pertumbuhan sebesar 34 persen menjadi Rp 13,68 triliun. 

Peningkatan pendapatan ini pun mengakibatkan perbaikan signifikan pada kinerja laba bersih konsolidasian yang meningkat hampir 3,6 kali laba bersih konsolidasi unaudited semester I 2020 menjadi Rp 26 triliun. Kinerja enam bulan pertama tahun ini meningkat 356 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan perbaikan kinerja ini dapat terwujud berkat upaya transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN. "Transformasi bisnis model dan penerapan operasional yang efisien serta akuntabilitas yang diterapkan mampu menaikkan penjualan dan peningkatan pencapaian pendapatan total seluruh BUMN," kata Erick, Sabtu (16/10).

Meski pemberlakuan PPKM di paruh kedua 2021 akan berdampak pada kinerja keseluruhan tahun 2021, Erick menegaskan, BUMN akan berusaha mempertahankan kinerja positif ini sampai dengan akhir tahun 2021. BUMN akan melakukan efisiensi dengan menekan belanja modal atau capital expenditure (capex) dan meningkatkan produksi. 

Dalam melakukan transformasi, Erick menjelaskan, kementerian BUMN fokus terhadap lima ekosistem Key Performance Indicator (KPI). Pertama, memetakan nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia. Sebagai contoh di BRI. Selain mengupayakan pertumbuhan bisnis, BRI juga harus membangun UMKM sebagai lokomotifnya. 

Kedua, melakukan restrukturisasi model bisnis untuk meningkatkan daya saing. Ssbagai contoh, Kementerian BUMN melakukan penggabungan rumah sakit yang berada di bawah PTPN, Pertamina dan Pelindo. Saat ini, sekitar 70 rumah sakit di bawah BUMN tersebut telah menjadi satu grup dan mampu membalikkan rugi menjadi untung.

"Rumah sakit ini juga mendapat penghargaan sebagai rumah sakit dengan pelayanan covid terbaik. Karena itu kita tingkatkan lagi untuk bekerja sama dengan rumah sakit internasional supaya kita naik kelas," kata Erick. 

Ketiga, melakukan pengembangan digital satunya mendorong Telkom tidak hanya menjalankan bisnis telco tetapi juga menjadi data center. Keempat, melakukan peningkatan investasi dengan menekankan bisnis proses sebagai kunci. Kelima, pembentukan SDM yang berkualitas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement