Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arifah Fafa

Tantangan Guru di Era Disrupsi dan Pandemi

Guru Menulis | Sunday, 10 Oct 2021, 23:03 WIB

Pandemi covid-19 memaksa hampir seluruh guru untuk melakukan transformasi, belajar beradaptasi. Bukan saja melulu tentang teknologi, karakteristik siswa, namun juga tentang relasi guru dan murid, juga relasi guru dengan teman sejawat. Modernitas menuntut kehadiran sosok guru yang profesional di bidangnya, dalam arti dia bukan sekedar memiliki ilmu pengetahuan pada bidangnya, namun juga menguasai ilmu pendidikan yang bersifat praksis.

Ditengah gempuran dahsyatnya wabah Covid-19, masyarakat kita telah berkembang pesat menjadi masyarakat yang jauh lebih modern, secara teknologi informasi terutama. Semua orang mengakses informasi dan bahkan mendapatkan layanan harian darinya. Wajar jika tuntutan masyarakat terhadap kemampuan guru menjadi lebih tinggi. Sehingga mutlak bagi seorang guru untuk terus menerus meningkatkan kompetensinya, melalui berbagai macam cara, swadaya, mencarisponsor, maupun dibiayai pemerintah. Baik secara secara personal maupun kolektif melalui diklat-diklat yang diselenggarakan oleh sekolah, MGMP, lembaga-lembaga swasta dan juga pemerintah.

Dibutuhkan sebuah mental yang transformasional untuk menjadi seorang guru profesional, bukannya justru menjadi transaksional (sekuler-kapitalistik) yaitu sebatas mentransfer ilmu untuk siswanya selama 24 jam mengajar, dan sebagai imbalannya mereka mendapatkan tunjangan profesional. Namun lebih dari itu, globalisasi bahkan menuntut seorang guru untuk menghadapi berbagai perubahan yang ada, perubahan praksis ilmu pendidikan itu sendiri hingga perubahan karakter anak didiknya. Meminjam slogan DR. Martha Tilaar, seorang guru profesional harus memiliki local wisdom goes global. Globalisasi yang dihadapi dalam proses mendidik dilalui tanpa meninggalkan kearifan lokal yang diwariskan oleh nenek moyang sebagai nilai inti yang harus terus ditanamkan.

Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qv9yit282/guru-gaptek-dipaksa-melek-iptek

Jika berkali-kali dikatakan bahwa peran guru tidak akan tergantikan, artinya guru harus bersiap untuk berubah dengan selalu berupaya meng-upgrade dirinya dengan perkembangan teknologi untuk dapat menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik saat ini. Seperti yang dikatakan oleh Rachman dan Jacob (2019), bahwa pembelajaran di kelas perlu mempersiapkan calon tenaga kerja untuk hidup dalam ekonomi yang lebih technologically driven dan knowledge based. Selain menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, para guru perlu mengajak siswanya untuk memahami teknologi terkini dan juga menjaga keutuhan aspek-aspek humanisme seperti kreativitas, tata krama, moralitas, akal sehat, dan etika

Sementara jagat digital memberikan tawaran yang menggiurkan bagi para generasi milenial kita. Berbagai platform edukasi menyodorkan layanan yang menyenangkan. Sebutlah Ruang Guru, Zenius, Quipper dan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis smartphone lainnya yang juga semakin menjamur. Jangan sampai mereka menyepelekan gurunya karena merasa apa yang didapat dari gawai dalam genggamannya sudah mencukupi. Karena kita semua tidak akan rela jika anak-anak sudah merasa puas diajar oleh mesin-mesin tak berjiwa. Sehingga akan melahirkan generasi yang miskin empati dan kebekuan hati. Sebab sejatinya manusia unggul adalah mereka yang memiliki integrasi tiga domain utama yaitu pengetahuan (head) , sikap (heart), dan ketrampilan (hands).

Pada era disrupsi di tengah pandemic ini guru yang dibutuhkan bukan hanya mereka yang kompeten secara akademis, namun juga bagi mereka yang mempunyai heart/attitude. Karena dari sanalah kedekatan (engagement) guru terhadap murid akan terbentuk. Kedekatan emosional guru terhadap para siswanya akan melahirkan suasana nyaman selama mereka berinteraksi di sekolah. Dari sana murid juga bisa belajar bahwa ketrampilan dapat diajarkan secara cepat, namun pembentukan watak membutuhkan waktu yang jauh lebih lama. Siklus pembentukan watak harus terus berjalan dan beriringan. Bukan hanya di sekolah, namun juga di rumah dan di lingkungan. Kondisi demikian yang kini menjadi tuntutan untuk melahirkan generasi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Dan guru yang tangguh dan unggul adalah garda terdepan sebagai teladan di sekolah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image