Rabu 06 Oct 2021 15:56 WIB

Literasi Indonesia Ketinggalan Kereta

Laporan PISA 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara.

Membaca buku di perpustakaan (ilustrasi). Laporan PISA 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara.
Foto: Republika/Prayogi
Membaca buku di perpustakaan (ilustrasi). Laporan PISA 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Misbah Fikrianto, Deputi Direktur SEAMEO QITEP IN LANGUAGE

Sebelas perwakilan dari Kementerian Pendidikan Se-Asia Tenggara berkumpul untuk membahas program pemajuan pendidikan bahasa di Asia Tenggara pada Rabu, 22 September 2021. Program yang menjadi bahasan, di antaranya penelitian terkait kebijakan bahasa dan pendidikan bahasa, serta Klub Literasi Sekolah Asia Tenggara.

Merujuk pada keberagaman bahasa dan budaya di Asia Tenggara serta adanya dorongan globalisasi, Kemendikbudristek melalui Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Se-Asia Tenggara (SEAMEO), berpartisipasi dalam pemajuan literasi di Asia Tenggara. Upaya yang dilakukan di antaranya dengan mengajukan program berbasis penelitian dan pengembangan kompetensi, pengembangan literasi sekolah, serta kegiatan terkait kebahasaan melalui forum yang melibatkan sebelas perwakilan Kementerian Pendidikan di Asia Tenggara. Salah satu Working Paper yang dibahas adalah tentang Klub Literasi Sekolah (KLS).

Kondisi Literasi

 

Di Indonesia, perkembangan kemajuan literasi harus didukung semua pihak. Berdasarkan laporan PISA (Programme Internasional for Student Assesment) tahun 2019, skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, lalu skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara. Skor PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), Indonesia berada pada Level 41 dari 45 peserta PIRLS dengan skor 405.

Kondisi mengenai literasi sangat memperihatinkan. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai data di atas yang menjelaskan, sebagai berikut: rendahnya literasi untuk pendidikan di Indonesia, belum banyaknya kerja sama kelembagaan, dan belum terbentuknya sistem yang terintegrasi.

Literasi dibutuhkan dalam berbagai kondisi, sehingga pemaknaan literasi dapat bermanfaat dalam kehidupan yang ada. Perkembangan era tekonologi, pada revolusi industri tahap 4, dikembangkan kemampuan yang berkaitan dengan literasi, yaitu: literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia.

Semua komponen dalam revolusi industri menjadikan peluang pada pengembangan kebijakan dan program strategis untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Rendahnya literasi baca tulis di Indonesia dapat menyebabkan berbagai akibat, di antaranya: budaya membaca dan menulis yang masih rendah, pola berpikir yang masih rendah (LOTS), dan kurang mengasah atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kolaboratif, komunikatif, dan kreatif (4C).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement