Rabu 06 Oct 2021 00:20 WIB

Reverse Dipping, Tanda Bahaya untuk Diabetesi di Malam Hari

Reverse dipping merupakan kondisi saat tekanan darah diabetesi naik di malam hari.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengidap diabetes selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).
Foto: Pixabay
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pengidap diabetes selama pandemi Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kondisi normal, tekanan darah akan menurun di malam hari saat seseorang tidur. Namun, pada sebagian penyandang diabetes tipe 1 dan tipe 2, tekanan darah mereka di malam hari justru mengalami peningkatan dibandingkan di siang hari.

Kondisi tersebut dikenal sebagai reverse dipping. Penyandang diabetes tipe 1 dan tipe 2 dewasa dengan reverse dipping memiliki risiko komplikasi kardiovaskular dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan penyandang diabetes dengan tekanan darah yang menurun di malam hari.

Baca Juga

Temuan dalam studi terbaru ini telah dipresentasikan dalam American Heart Association's Hypertension Scientific Sessions 2021. Berdasarkan studi ini, satu dari 10 penyandang diabetes tipe 1 atau tipe 1 mengalami reverse dipping.

"Kondisi ini bisa melipatgandakan risiko kematian akibat berbagai penyebab dalam kurun 21 tahun, terlepas dari kontrol tekanan darahnya," ujar investigator dari Department of Clinical and Experimental Medicine di University of Pisa, Martina Chiriaco, seperti dikutip dari Times Now News, Selasa (5/10).

Berdasarkan temuan terbaru ini, peneliti menilai tenaga kesehatan perlu lebih memperhatikan pola penurunan tekanan darah yang abnormal pada penyandang diabetes tipe 1 atau tipe 2. Dengan begitu, tenaga kesehatan dapat memberikan pengobatan yang lebih optimal.

Di samping itu, dalam studi ini peneliti juga menganalisis peran variabilitas detak jantung terhadap kesehatan. Variabilitas denyut jantung ini diukur berdasarkan variasi waktu di antara tiap detak yang terjadi.

"Variabilitas detak jantung yang rendah berkaitan dengan kesehatan yang lebih buruk pada orang-orang dengan gagal jantung," pungkas Chiriaco.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement