Kamis 30 Sep 2021 07:42 WIB

Industri Pariwisata Berpotensi Tumbuh pada Akhir 2021

Tingkat okupansi regional di Bali mengalami perkiraan peningkatan hingga 20 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Puluhan seniman tampil dalam pementasan Tari Kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Badung, Bali, Selasa (21/9/2021). Colliers Indonesia melihat industri pariwisata berpeluang tumbuh pada akhir tahun ini.
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Puluhan seniman tampil dalam pementasan Tari Kecak di Daya Tarik Wisata (DTW) Uluwatu, Badung, Bali, Selasa (21/9/2021). Colliers Indonesia melihat industri pariwisata berpeluang tumbuh pada akhir tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Colliers Indonesia melihat industri pariwisata berpeluang tumbuh pada akhir tahun ini. Salah satu indikator yang menunjukkan adanya potensi tersebut tercermin dari tingkat okupansi hotel yang mulai meningkat. 

"Tingkat okupansi regional di Bali mengalami perkiraan peningkatan hingga mencapai 20 persen," kata Head of Hospitality Services dari Colliers Indonesia, Satria Wei, dalam keterangan resminya, Kamis (30/9). 

Baca Juga

Selain itu, terdapat peningkatan yang cukup tinggi pada jumlah penerima vaksin lengkap. Menurut Satria, hal tersebut memberikan dorongan bagi pasar domestik untuk mulai kembali berpariwisata. 

Namun, Satria melihat, kondisi pasar tidak akan langsung meningkat signifikan. Hal tersebut lantaran masih adanya peluang peningkatan kasus positif Covid. 

Dari segi pariwisata, menurut Satria, Bali tetap akan menjadi tujuan utama dan akan mengalami peningkatan terlebih dahulu, diikuti dengan tujuan wisata lainnya seperti Jawa Tengah atau Daerah Istimewa Yogyakarta dan Labuan Bajo. 

Pasar menengah akan mulai didominasi oleh wisatawan lokal. Sebab, mereka mendapatkan peluang terbaik untuk menikmati tujuan wisata yang sebelumnya tidak tercapai atau tidak terpikirkan untuk dikunjungi. 

Sementara itu, industri yang akan terdampak langsung adalah Akomodasi, yang juga akan memberikan dampak pada sektor Food & Beverage, karena kedua industri tersebut masuk dalam kategori kebutuhan pokok. Akomodasi bintang 4 dan 5 serta konsep “boutique” akan diminati pasar yang baru. 

"Selain karena terjangkau, kebutuhan terhadap rasa aman dan sehat akan menjadi perhatian konsumen di masa depan," ujar Satria. 

Selama pandemi, menurut Satria, industri pariwisata di Indonesia hanya berada pada kondisi 'tidur'. Namun, para stakeholder industri ini tetap melakukan persiapan untuk menghadapi New Normal. 

Sejak akhir 2020, kondisi industri pariwisata mengalami peningkatan karena pemerintah telah membuka akses untuk bepergian, walaupun hanya untuk pasar domestik. Namun, industri pariwisata harus kembali pada kondisi “sleep” setelah kuartal I 2021 mengingat peningkatan kasus positif Covid yang terjadi pada kuartal II. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement