Selasa 28 Sep 2021 18:01 WIB

China Pamerkan Drone Canggih Bisa Bawa Senjata

Drone canggih ini memiliki ketinggian jelajah 10 ribu meter,

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Drone (ilustrasi)
Foto: DEFENCE IMAGES
Drone (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China memamerkan kekuatan udaranya yang semakin canggih pada perhelatan di salah satu kotanya, Zhuhai Airshow, Selasa (28/9). Drone pengintai dan jet dipertunjukan dalam acara di  kota pesisir selatan Shuhai.

Tim aerobatik angkatan udara meninggalkan jejak uap berwarna-warni saat bermanuver dalam formasinya di udara. Sementara, pengunjung diperkenankan memanjakan mata dengan melihat jet baru, drone, dan helikopter di landasan.

Baca Juga

CH-6, prototipe drone dengan lebar sayap 20,5 meter termasuk di antara teknologi domestik yang diluncurkan. Drone tersebut dirancang untuk pengawasan dan juga dapat membawa senjata untuk misi serangan.

Manajer umum pembuat drone Aerospace CH UAV Co, Qin Yongming mengatakan, drone ini memiliki ketinggian jelajah 10 ribu meter, tetapi bisa saja mencapai ketinggian 15 ribu meter. "Drone bisa terbang untuk waktu lebih lama (dari model sebelumnya) serta dapat melakukan misi yang lebih lama, dengan efisiensi yang lebih tinggi tanpa batas waktu," katanya seperti dikutip laman the Strait Times, Selasa.

Debutan lainnya termasuk pesawat tak berawak WZ-7 untuk pengintaian perbatasan dan patroli maritim, serta pesawat tempur J-16D yang memiliki kemampuan untuk melumpuhkan peralatan elektronik. Keduanya dilaporkan telah memasuki layanan dengan angkatan udara Cina.

Komentator militer Song Zhongping menilai, pesawat-pesawat baru itu kan memainkan peran utama di Selat Taiwan dan Laut China Selatan. Jet pengintai baru ini diduga akan mengawasi wilayah yang disengketakan dari Taiwan hingga Laut Cina Selatan, hingga persaingan pesawatnya dengan Amerika Serikat.

Seperti diketahui, Beijing mengeklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan serta pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri. Beijing menilai pulau itu merupakan bagian yang tidak dapat diganggu gugat dari wilayahnya.

Di bawah Presiden Donald Trump, Amerika Serikat mengizinkan penjualan senjata ke Taiwan senilai sekitar 18 miliar dolar AS, termasuk platform rudal canggih. Hal itu tentu membuat Beijing geram.

"China juga jelas memposisikan dirinya untuk menjadi pemasok alternatif drone canggih, dengan keterjangkauan relatif," kata analis Janes, Kelvin Wong. Menurutnya, AS dan negara-negara Eropa meragu untuk memasok peralatan semacam itu di luar kelompok mitra tertentu. Drone Cina telah melihat aksi pertempuran di Timur Tengah, dan telah dijual ke pelanggan di wilayah lain.

Sementara itu, menurut seorang ahli militer Cina di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, James Char, J-16D meningkatkan kemampuan tempur Tentara Pembebasan Rakyat. Dia menjelaskan jet memiliki pod ujung sayap untuk mengganggu peralatan elektronik musuh, dan telah menarik perbandingan dengan EA-18G Growler buatan AS.

"Ini memberi militer China keuntungan dalam hal melakukan peperangan elektronik udara atas target yang memiliki kemampuan pertahanan udara yang signifikan," kata Char.

Pertunjukan udara Zhuhai, yang biasanya diadakan setiap dua tahun, ditunda tahun lalu karena pandemi Covid-19. Kali ini dipentaskan di depan sebagian besar penonton domestik karena karantina dan pembatasan perjalanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement