Selasa 28 Sep 2021 17:36 WIB

Pasien Jantung di Sardjito Mayoritas di Usia Produktif

Selama semester pertama 2021, Sardjito melayani lebih dari 14 ribu pasien jantung.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Agus raharjo
Penyakit jantung. (Ilustrasi)
Foto: Antara
Penyakit jantung. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,

Sardjito Layani Belasan Ribu Pasien dengan Penyakit Jantung

SLEMAN -- RSUP Dr Sardjito masih melayani banyaknya pasien dengan penyakit jantung atau kardiovaskular. Spesialis jantung dan pembuluh darah RSUP Dr Sardjito, Dyah Wulan Anggraheni mengatakan, pihaknya menangani belasan ribu pasien dengan keluhan jantung pada semester pertama 2021.

Wulan menyebut, setidaknya ada 14 ribu lebih kunjungan pasien dengan keluhan jantung. Belasan ribu kunjungan ini merupakan pasien yang menjalani rawat jalan.

"Kalau rawat inap itu sekitar 1.500-an pasien," kata Wulan yang juga Ketua Jogja Cardiology Update 2021 usai press conference terkait peringatan Hari Jantung Sedunia di Gedung Pusat Jantung Terpadu RSUP Dr Sardjito, Sleman, Selasa (28/9).

Sebagian besar, pasien dengan keluhan jantung ini merupakan mereka yang menderita jantung koroner. Untuk usia sendiri, penderitanya dalam rentang usia produktif yakni di atas 35 tahun. "Kebanyakan tetap jantung koroner, tapi pergeseran usianya lebih ke usia muda," ujar Wulan.

Walaupun begitu, jumlah tersebut sudah berkurang jika dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Pasalnya, saat ini pasien dengan keluhan jantung masih banyak yang khawatir untuk memeriksakan diri ke rumah sakit karena memiliki risiko lebih tinggi terpapar Covid-19.

Pasalnya, pada Juli dan Juni 2021 lalu, Sardjito sempat kewalahan dengan banyaknya pasien Covid-19 yang ditangani mengingat Sardjito merupakan rujukan tersier. Hal tersebut menyusul naiknya kasus Covid-19 secara signifikan pada Juni, Juli hingga pertengahan Agustus kemarin.

"Secara statistik pelayanan yang masuk ke RS juga berkurang, tapi sekarang penuh (naik) kembali. Saat puncak Covid-19, (pasien dengan keluhan jantung) itu berkurang untuk rawat inap karena bangsalnya dipakai untuk Covid-19, tapi rawat jalan tidak. Ada juga yang takut, akhir Juni sampai akhir Juli (turun), tapi Agustus pelan-pelan sudah kembali (naik)," kata ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Perki) Cabang DIY, Irsad Andi Arso.

Irsad menyebut, penyakit jantung masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Per tahun, katanya, 18,6 juta kematian terjadi dengan 520 juta orang hidup dengan penyakit jantung.

"Covid-19 sangat mengkhawatirkan, mereka (dengan penyakit jantung) lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang parah. Banyak yang takut untuk menghadiri pertemuan rutin dan darurat dan menjadi terisolasi dari teman dan keluarga," ujar Irsad.

Krisis kesehatan ini, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat akan kebutuhan mendesak untuk menemukan cara untuk dapat mengakses kesehatan jantung. Terutama masyarakat atau komunitas yang awam dan tidak mendapatkan banyak edukasi dan informasi terkait kesehatan jantung.

Pasalnya, kata Irsad, tren penyakit jantung saat ini terutama di Indonesia banyak diderita oleh usia produktif, terutama jantung koroner. Jantung koroner pada usia produktif utamanya disebabkan karena pola hidup yang tidak sehat seperti merokok dan obesitas.

"Manfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan kesadaran, pencegahan dan pengelolaan penyakit kardiovaskular secara global adalah tujuan kita untuk Hari Jantung Sedunia 2021," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement