Selasa 28 Sep 2021 15:38 WIB

Prediksi Bank Dunia, RI Capai 60 Persen Vaksinasi di 2022

Bank Dunia minta kebijakan vaksinasi bisa atasi keraguan dan keterbatasan distribusi.

Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa saat giat vaksinasi massal di SMP Negeri 3 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (28/9/2021). Pemda setempat bersama Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar vaksinasi massal dengan target sebanyak 1.500 pelajar di kota itu untuk mendukung serta mempercepat program pemerintah menuju Indonesia sehat bebas COVID-19 dan persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Foto: ANTARA/Makna Zaezar
Petugas medis menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa saat giat vaksinasi massal di SMP Negeri 3 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Selasa (28/9/2021). Pemda setempat bersama Badan Intelijen Negara (BIN) menggelar vaksinasi massal dengan target sebanyak 1.500 pelajar di kota itu untuk mendukung serta mempercepat program pemerintah menuju Indonesia sehat bebas COVID-19 dan persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Novita Intan, Rr Laeny Sulistyawati

Bank Dunia memprediksi Indonesia bisa memvaksinasi lebih dari 60 persen penduduk pada pertengahan tahun depan. Apabila terwujud, Bank Dunia menilai program vaksinasi dapat mendorong pemulihan ekonomi secara cepat.

Baca Juga

Dalam laporannya, Bank Dunia memperkirakan bahwa kebanyakan negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia dan Filipina, dapat memvaksinasi lebih dari 60 persen penduduk mereka pada pertengahan pertama tahun 2022. "Meskipun hal itu tidak menghilangkan terjadinya infeksi, vaksinasi dapat mengurangi angka kematian secara signifikan, sehingga kegiatan ekonomi dapat dilakukan lagi," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo, saat diskusi virtual update ekonomi Asia Timur dan Pasifik, Selasa (28/9).

Percepatan vaksinasi dan pengujian untuk mengendalikan infeksi Covid-19 dapat membangkitkan kegiatan ekonomi di negara-negara yang sedang berjuang. Menurutnya pemulihan ekonomi harus seiring kebijakan yang bisa mempersempit kesenjangan. "Kemiskinan di Indonesia dan Filipina diperkirakan mencapai dua poin persentase lebih tinggi pada 2023 jika pemulihan tidak disertai dengan kebijakan untuk mengurangi kesenjangan,” ungkapnya.

Aaditya Mattoo menambahkan kawasan tersebut perlu melakukan upaya terhadap empat bidang untuk menghadapi peningkatan virus corona antara lain mengatasi keraguan vaksin dan keterbatasan kapasitas distribusi, meningkatkan pengujian dan penelusuran, peningkatan produksi vaksin regional, dan memperkuat sistem kesehatan lokal. “Kapasitas pemerintah menjalankan strategi secara cerdas menjadi penting. Instrumen 3T bisa mengatasi varian delta yang mudah menular,” ucapnya.

Program vaksinasi merupakan upaya penting untuk memulihkan ekonomi tidak hanya bagi Indonesia melainkan juga negara-negara lain di Kawasan Asia Timur dan Pasifik. “Pencapaian tingkat vaksinasi akan memberikan sinyal bahwa mobilitas siap dimulai kembali, sehingga perekonomian mampu normal dan bangkit,” ucapnya.

Meski demikian, dia mengingatkan upaya vaksinasi saja tidak cukup karena terdapat negara-negara yang memiliki tingkat vaksinasi tinggi namun ekonominya masih buruk. Maka itu, Matto menyarankan agar langkah testing, tracing, dan isolation harus terus dilakukan pemerintah sembari masyarakat tetap melaksanakan disiplin protokol kesehatan.

“Pertumbuhan ekonomi juga akan dicapai melalui upaya lain yaitu kebijakan ekonomi makro yang suportif, langkah reformasi. Serta adanya undang-undang baru. UU baru jadi beberapa alasan kita cukup optimistik,” katanya.

Sementara itu, Wakil Presiden Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Manuela Ferro menambahkan perlambatan aktivitas ekonomi mulai terjadi pada kuartal II 2021. Meskipun China diproyeksikan tumbuh 8,5 persen, negara-negara lain di kawasan Asia Timur dan Pasifik diprediksi tumbuh 2,5 persen.

"Walaupun pada 2020 kawasan EAP (East Asia and Pacific) berhasil mengendalikan Covid-19 ketika kawasan-kawasan lainnya di dunia sedang berjuang, peningkatan angka Covid-19 pada 2021 telah mengurangi prospek pertumbuhan 2021,” ucapnya. Lonjakan Covid-19, kata dia, kemungkinan akan menghambat pertumbuhan dan menambah kesenjangan selama jangka panjang.

Selain itu, kegagalan perusahaan-perusahaan yang harusnya berkinerja baik menyebabkan hilangnya aset tak berwujud. Sedangkan perusahaan yang masih bertahan menunda investasi yang produktif. Hal ini berdampak pada perusahaan yang lebih kecil lagi ukurannya.

“Untuk bisa membangkitkan ekonomi, maka perlu ada kepastian kesehatan yang bisa diupayakan melalui vaksinasi,” ucapnya.

Bank Dunia memprediksi pemulihan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik telah dirusak oleh penyebaran varian Delta. Manuela Ferro mengatakan aktivitas ekonomi mulai melambat pada kuartal II 2021 dan perkiraan pertumbuhan telah diturunkan sebagian besar negara di kawasan ini.

“Pemulihan ekonomi negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik menghadapi pembalikan nasib. Padahal pada 2020 wilayah ini menahan Covid-19 sedangkan wilayah lain di dunia berjuang, peningkatan kasus Covid-19 pada 2021 telah menurunkan prospek pertumbuhan pada 2021,” ujarnya.

Menurutnya sebagian besar negara di kawasan ini, termasuk Indonesia dan Filipina, dapat memvaksinasi lebih dari 60 persen populasi mereka pada paruh pertama 2022. Meskipun tidak akan menghilangkan infeksi virus corona, namun akan secara signifikan mengurangi angka kematian, memungkinkan dimulainya kembali aktivitas perekonomian.

“Vaksinasi dan pengujian yang dipercepat untuk mengendalikan infeksi Covid-19 dapat menghidupkan kembali kegiatan ekonomi di negara-negara yang sedang berjuang pada paruh pertama 2022, dan menggandakan tingkat pertumbuhan mereka tahun depan,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement