Senin 27 Sep 2021 17:13 WIB

Lewat IoT, Egrotek Bantu Pembudidaya Jamur Naikkan Produksi

Layanan ini memberi solusi untuk pengendalian kelembaban terhadap kumbung jamur.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Petani memanen jamur merang (Volvariella volvacea) yang dibudi dayakan di Desa Tanjung Seulamat, Darussalam, Aceh Besar, Aceh, Rabu (11/8/2021). Budi daya jamur merang dengan menggunakan media organik tersebut mampu menghasilkan 10 sampai 25 kilogram per hari yang dipasarkan ke pasar Aceh Besar dan Banda Aceh dengan harga jual Rp60 ribu per kilogram.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Petani memanen jamur merang (Volvariella volvacea) yang dibudi dayakan di Desa Tanjung Seulamat, Darussalam, Aceh Besar, Aceh, Rabu (11/8/2021). Budi daya jamur merang dengan menggunakan media organik tersebut mampu menghasilkan 10 sampai 25 kilogram per hari yang dipasarkan ke pasar Aceh Besar dan Banda Aceh dengan harga jual Rp60 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Produksi jamur Indonesia perlu peningkatan agar permintaan pasar terserap optimal. Untuk meningkatkan konsistensi kualitas hasil panen, perlu dimaksimalkan penggunaan alat berbasis teknologi agar proses efisien.

PT Egrotek Karsa Utama mencoba membantu petani jamur untuk meningkatkan produksinya. Didirikan sejak Mei 2018 di Purwokerto, layanan yang digulirkan memberi solusi untuk pengendalian kelembaban terhadap kumbung jamur.

Biasanya, dilakukan manual pembudidaya melakukan penyiraman dua kali sehari ke media tanam. Tapi, jika lupa, terlambat disiram, kelembaban tidak terjaga baik, tumbuh kembang bibit jamur akan terganggu dan berimplikasi ke kualitas panen.

Berbekal kapabilitas teknologi Internet of Things (IoT), Egrotek sajikan perangkat penyiraman rumah jamur otomatis dengan nozzle sprayer. Di dalamnya, sudah termasuk program untuk pengendalian kelembaban terhadap rumah jamur.

Pengguna dapat melakukan pengecekan jarak jauh melalui aplikasi dari ponsel, termasuk mengoperasikan perangkat. Beberapa fitur meliputi pemantauan suhu dan kelembaban, pengaturan kelembaban minimal dan maksimal, grafik suhu.

Ada pula data kelembaban kumbung jamur dan pencatatan hasil panen. Selain lewat aplikasi, petani dapat mengakses melalui situs web Egrotek. Dua varian produk yang dijajakan Egrotek yaitu Egrotek CL2200 dan Egrotek CL 2400.

"Kedua perangkat memiliki akurasi suhu dan kelembaban yang sangat presisi untuk memberi hasil analisis yang optimal," kata Founder Egrotek, Sigit Pramono.

Perubahan suhu terkecil yang masih dapat terbaca sensor sebesar 0,1 derajat Celcius. Sedangkan, sensor kelembaban memiliki resolusi 0,1 persen RH dengan akurasi 2 persen RH. Egrotek memakai jaringan GPRS untuk terhubung internet.

Pembacaan sensor dan penerimaan data ke cloud dan automasi nozzle sprayer diproses mikrokontroler ATxmega32A4U kecepatan clock 16 Mhz. Menampilkan info suhu dan kelembaban di LCD 16x2, dapat dikonfigurasi offline dan online.

Daya yang dikonsumsi perangkat hanya satu watt untuk kontroler dan 40 watt untuk pompa penyiram. Tampilan bentuk salah satu varian perangkat Egrotek CL 2200 nozzle sprayer otomatis akan berfungsi mengatur kelembaban kumbung.

"Saat kelembaban di bawah standar, otomatis nozzle sprayer menghasilkan butiran embun untuk stabilkan kelembaban. Pasokan air ke titik-titik nozzle menggunakan high pressure pump berkapasitas 3,1 liter per menit," ujar Sigit.

Startup Egrotek sendiri didirikan Sigit dan dua rekan lain Chandra Maulana dan Alhamda Adisoka Bimantara. Egrotek diinkubasi Amikom Business Park (ABP) guna mendapat dukungan fasilitas pengembangan, jaringan, dan kanal edukasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement