Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Filka Khairu Pratama

Investasi Menguntungkan Bagi Remaja Era Kehidupan Baru

Eduaksi | Thursday, 23 Sep 2021, 15:20 WIB

Penulis : Filka Khairu Pratama, S.Sos

Jabatan : ASN Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat

Sejak lama, kita kenal Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat di dunia, dibawah China, Amerika, dan India. Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa. Hal ini juga didukung oleh geografis Indonesia yang membentang seluas 1905 juta km2 dari Sabang hingga Merauke, dan disuguhi nikmat alam yang menakjubkan. Menjelang akhir tahun ini, tentu kita berharap banyak kepada generasi muda harapan bangsa untuk berbuat lebih meyakinkan, terutama demi kejayaan Indonesia Emas 2045. Generasi muda biasanya diidentikkan dengan individu yang sedang mencari jati diri dan butuh bimbingan serta arahan yang tepat dari lingkungan sekitar.

Selain itu, kita semua juga berharap kepada Bapak dan Ibu yang sedang memiliki jabatan di pemerintahan, agar turut berpartisipasi mengemas program untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia, termasuk mempersiapkan remaja menjadi manusia yang berkarakter dan unggul. Terlebih, pembangunan sumber daya manusia itu penting sebagai fondasi dalam membangun martabat bangsa kedepan, namun pembangunan infrastruktur diharapkan juga bisa berjalan beriringan.

BKKBN mengidentikkan remaja sebagai individu yang berumur 10 sampai 24 tahun. Secara nasional, jumlah remaja mencapai 25 persen dari total populasi penduduk, atau satu dari empat orang penduduk adalah usia remaja. Apabila semua pihak tidak mampu melakukan pembinaan yang terukur kepada remaja, tentunya akan berdampak bagi kemajuan bangsa kedepan, baik dari aspek moral dan budaya, maupun kemajuan dibidang insfrastruktur. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi seorang remaja dan semua pihak, dalam rangka berinvestasi untuk Indonesia Emas 2045 seperti :

Pertama, Investasi Pendidikan. BPS mengungkapkan, rata-rata lama sekolah orang Indonesia tahun 2020 masih 8,48 tahun. Sedangkan Indeks Pembangunan Manusia yang diukur dari aspek pendidikan, ekonomi dan kesehatan, menempatkan Indonesia dengan skor 71,94 tahun 2020. Posisi ini menempatkan Indonesia ke posisi 111 dari 189 negara di dunia. Melihat hal diatas, maka pendidikan penting bagi setiap orang untuk meningkatkan martabat bangsanya. Pentingnya pendidikan juga pernah diucap oleh Nelson Mandela yang mengatakan, pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Ditambah semboyan yang cukup tersohor kepenjuru negeri dari Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara seperti Ing ngarso tung tuladha ( didepan memberi contoh ), Ing madya membangun ( ditengah membangun ), Tut wuri handayani ( dibelakang memberikan dorongan ) tentu membuat kita seharusnya sadar sekaligus termotivasi untuk menomorsatukan pendidikan bagi generasi muda.

Walaupun dimasa pandemi covid 19, diharapkan para remaja tidak kehabisan akal dan semangat untuk belajar. Terlebih, pada tahun 2021 ini pemerintah melalui Kemendikbud telah mengeluarkan aturan sekolah tatap muka, tentunya dengan protokol kesehatan sekaligus memperhatikan skema yang disepakati bersama antara pemerintah daerah, sekolah, dan perwakilan orang tua. Hal ini tentunya kabar baik bagi para siswa dan generasi muda bisa bersekolah lagi. Banyak yang mengeluhkan sekolah daring dari rumah, selain keterbatasan sarana jaringan internet dan kuota, tidak jarang sekolah daring bagi beberapa siswa tidaklah mengenakkan, karena bermacam keterbatasan lainnya.

Belum lagi biaya pendidikan yang mestinya dipikirkan oleh orang tua, karena saat ini memasuki tahun ajaran baru dibarengi ekonomi yang sulit akibat pandemi. Semua ini jelas tantangan bagi kita semua, termasuk bagi semua siswa dan remaja. Dari sekian banyak problema diatas, hendaknya semakin membuat para siswa dan remaja lebih giat dan semangat. Pendidikan bisa mengubah hidup semua orang. Melalui pendidikan, individu bisa mengalami mobilitas sosial climbing (Ahli sosiologi banyak mengartikannya sebagai peningkatan kelas sosial ke posisi yang lebih terpandang dimata masyarakat.

Pada masyarakat modern abad ini, prestise pekerjaan yang terpandang, dan jumlah kekayaan bisa diperoleh melalui pendidikan yang dilalui secara tekun. Apabila kedua orang tua hanya tamat SMA, diharapkan sang anak punya cita-cita bisa menamatkan hingga ke perguruan tinggi, dan berhasil meraih pekerjaan yang lebih mumpuni dari orang tua. Itulah yang disebut ahli sosiologi sebagai mobilitas sosial climbing (strata dan status sosial dimata masyarakat yang meningkat).

Sebaliknya, situasi sulit lingkungan jangan sampai para siswa kehilangan semangat. Pada akhirnya, ahli sosiologi menyebut kondisi ini sebagai mobilitas sosial sinking (strata dan status sosial yang menurun). Betapa banyak kita temui, keluarga dengan iklim suasana berkecukupan mendidik anak mereka dulunya serba berkeadaan, diiringi dengan suasana memanjakan si anak, sehingga hal ini menimbulkan sifat malas dan mematikan spirit lebih untuk sukses. Apabila dulunya orang tua si anak memiliki jabatan yang terpandang dimata masyarakat, maka saat ini sangat banyak kita temui digiliran si anak tidak mampu bersaing, sehingga hanya hidup pas-pasan.

Kedua, tanamkan mindset need for achievement atau semangat untuk berprestasi dalam pikiran. David McClelland merumuskan teori kebutuhan untuk beprestasi atau mencapai sukses dalam kehidupannya. Konsep dari teori ini berhubungan erat dengan pekerjaan dan kebutuhan untuk menggapai prestasi tertentu yang diinginkan. Apapun kondisi yang menghadang, kondisi pandemi maupun kesulitan ekonomi, diharapkan tidak akan menyulitkan semangat untuk maju para generasi muda. Apalagi saat ini sangat banyak beasiswa yang ditawarkan pihak pemerintah, seperti beasiswa bidikmisi maupun tawaran dari pihak swasta, yang salah satunya beasiswa VDMS.

Intinya tidak kehilangan semangat dan harus rajin bertanya. Kedua beasiswa tersebut biasanya memberikan bantuan dana pendidikan tiap bulan selama empat tahun pendidikan. Apabila sudah mendapatkan beasiswa, gunakanlah dengan sebaik-baiknya. Janganlah digunakan lebih banyak untuk gaya-gayaan, beli hp baru padahal hp lama masih bisa dipakai, jalan-jalan bersama teman kian kemari dan sebagainya, yang tidak ada hubungan dengan peningkatan kapasitas diri.

Gunakanlah uang beasiswa pendidikan dengan bijak. Jangan sampai terbawa arus dalam pergaulan, jangan mengikuti tren yang ada saja, serta milikilah prinsip hidup dengan jalan yang kamu yakini untuk bisa sukses. Biarlah berbeda sendiri dengan orang kebanyakan, apabila itu kamu yakini benar, teruslah melaju. Terkadang jalan untuk sukses setiap orang diciptakan Tuhan memang berbeda, dan hilangkan rasa gengsi.

Ketiga, Jadilah remaja yang disiplin dalam berencana. Yakinilah, semua yang dipersiapkan dengan penuh perencanaan akan menghasilkan sesuatu yang lebih memuaskan. Semua yang direncanakan akan melahirkan beberapa solusi bila menemukan kendala. Mulai dari detik ini, rencanakanlah setiap cita-cita dan harapanmu. Wujudkan cita-citamu kedalam kegiatan-kegiatan yang bermakna. Kalau kamu ingin jadi seorang tentara, polisi, ASN, maka persiapkan kecerdasan, dan kesehatanmu dari detik ini.

Jika kamu malas-malasan dan tidur-tiduran detik ini, ingatlah disaat yang sama ratusan bahkan ribuan pesaingmu sedang berlatih dan berusaha keras untuk mengalahkanmu dalam sebuah kompetisi. Maka, investasikanlah kemampuanmu dengan pendidikan yang tekun, rasa ingin berprestasi (need for achievement) dan rencanakan dan mulailah berusaha setiap mimpimu. Jangan lupakan Allah. Sertakan Dia dalam setiap doa dan usahamu. Semoga berhasil, semangat untuk para remaja harapan bangsa

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image