Kamis 23 Sep 2021 23:38 WIB

Unisa Harus Dorong Terciptanya Humanisasi Teknologi

Sonny Zulhuda ungkap humanisasi tek­nologi perlu agar manusia tidak kehilangan arah

Sonny Zulhuda Associate Professor of International Islamic University Malaysia yang di­sam­­paikan dalam Mataf 2021 di Unisa Yogyakarta, Rabu (22/9). Sonny Zulhuda ungkap humanisasi tek­nologi perlu agar manusia tidak kehilangan arah
Foto: UNISA
Sonny Zulhuda Associate Professor of International Islamic University Malaysia yang di­sam­­paikan dalam Mataf 2021 di Unisa Yogyakarta, Rabu (22/9). Sonny Zulhuda ungkap humanisasi tek­nologi perlu agar manusia tidak kehilangan arah

REPUBLIKA.CO.ID, Silvy Dian Setiawan/Wartawan Republika

Teknologi memiliki banyak kegunaan bagi umat manusia. Melalui teknologi, komunikasi hingga hampir semua layanan saat ini dapat dicover sehingga muncul istilah revolusi industri 4.0.

Namun, teknologi yang saat ini diagungkan oleh sebagian besar masyarakat juga dinilai syarat dengan risiko. Bahkan disaat teknologi terus mendominasi, manusia juga harus bersiap dengan segala kemungkinan yang ditim­bulkan dari tek­nologi itu sendiri.

Demikian antara lain benang me­rah dari pe­maparan Sonny Zulhuda Associate Professor of International Islamic University Malaysia yang di­sam­­paikan dalam Mataf 2021 di Unisa Yogyakarta, Rabu (22/9). 

Menurut Sonny, cepatnya perkem­bangan tekno­logi informasi saat ini sudah tidak bisa di­ben­dung. Terlebih, di masa pandemi Covid-19 dimana ham­pir semua kegia­tan manusia dito­pang oleh teknologi informasi.

"Jangan sampai teknologi menjadi tuan dan manusia menjadi hamba. Ha­rusnya terbalik, ma­nusia tetap harus sebagai tuan. Kita punya tekno­logi, kita yang menentukan kapan kita pakai dan kapan kita tidak pakai," tegas Sonny. 

Ia mencontohkan, Jepang merupa­kan negara yang menyiapkan konsep digitalisasi, namun berja­lan seiring de­ngan humanisasi. Sehingga, mulai lahir istilah revolusi industri 5.0.

Melalui konsep ini, perlu ada humanisasi tek­nologi agar manusia tidak kehilangan arah karena teknologi. Sehingga, ma­nusia tidak diatur oleh teknologi, na­mun manusia yang mengatur teknologi.

Ia mencontohkan, saat ini penggu­naan internet menjadi sebuah kebutu­han bagi sebagian besar ma­syarakat. Bahkan, ada masyarakat yang tidak bisa lepas dari internet. Sonny lantas mengutip ke­risauan dari seorang pe­nulis asal Amerika Serikat, Andrew Kenn dalam bukunya yang berjudul The Internet is Not The Answer. Buku ini ditulis ketika sebagian besar ma­syarakat mengagungkan peng­gunaan internet saat ini.

Dalam bukunya, Andrew menyebut bahwa 'Bukannya mendapat manfaat, kita para pengguna malah menjadi kor­ban internet itu sendiri. Alih alih mensejahterakan, internet malah memiskinkan kita dengan menciptakan jurang melebar antara si kaya dan si miskin.

Dari kutipan itu, Sonny menyebut, banyak persoalan yang diakibatkan da­ri penggunaan internet. Ia mencontohkan, hoaks yang menjamur akibat adanya internet. 

Sementara, dengan ada­nya hoaks ini memberikan dampak yang besar. Hoaks, kata­nya, dapat membuat seseorang mengambil tindakan tertentu yang membahayakan keselamatannya dan orang lain.

"Hoaks itu bahkan membuat keonaran publik, terjadilah pencemaran nama baik, ujaran keben­cian dan anar­ki horizontal di masyarakat," ujar Sonny yang juga Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Malaysia tersebut.

Untuk itu, ia meminta kepada mahasiswa baru Unisa Yogyakarta yang mengikuti Mataf untuk menjadi orang pertama yang dapat merespon permasalahan ini. Terlebih, Unisa Yogyakarta sendiri memiliki banyak program studi yang berhu­bungan dengan kesehatan, termasuk kesehatan mental.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement