Rabu 22 Sep 2021 13:26 WIB

Indonesia Khawatir Perlombaan Senjata Usai Pakta AUKUS

Indonesia khawatir meningkatnya tensi di antara negara besar dunia

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyatakan Indonesia mengkhawatirkan potensi peningkatan tensi di antara negara-negara besar karena perlombaan senjata usai terbentuknya aliansi pertahanan baru antara Australia, Inggris, dan AS atau AUKUS. 

Terbentuknya AUKUS menjadi salah satu topik pembicaraan dalam konteks Indo-Pasifik di sejumlah pertemuan dengan beberapa negara dan organisasi dalam kerangka Sidang Majelis Umum ke-76 PBB di New York, Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Retno mengutip apa yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB yang mengingatkan kemungkinan potensi terjadinya perang dingin.

"Dalam kaitan ini, saya singgung mengenai AUKUS dan keputusan Australia bagi pengadaan kapal selam bertenaga nuklir," ujar Menlu Retno dalam pengarahan media secara virtual dari New York, Selasa (21/9) waktu New York atau Rabu (22/9) pagi WIB.

"Saya sampaikan kita menerima penjelasan Australia, kita mendengarkan komitmen-komitmen yang diberikan Australia termasuk untuk terus menghormati Perjanjian Non-Proliferasi (NPT), prinsip-prinsip non-proliferasi dan hukum internasional," ujarnya menambahkan.

Dia menekankan bahwa semua pihak tidak menginginkan meningkatnya perlombaan senjata dan power projection di kawasan. Sebab jika itu terjadi, tentu bakal mengancam stabilitas keamanan kawasan.

Sebelumnya, Duta Besar Australia untuk ASEAN Will Nankervis dalam keterangan resminya mengatakan, bahwa AUKUS bukan merupakan aliansi atau pakta pertahanan. Oleh karenanya, komitmennya terhadap sentralitas ASEAN tidak berubah sama sekali di kawasan.

"Sebagai Mitra Dialog ASEAN yang tertua, Australia memiliki komitmen sebagai pendukung sentralitas ASEAN dan kami mendukung kawasan yang terbuka, inklusif, dan sejahtera dengan ASEAN sebagai pusatnya, konsisten dengan tujuan dan prinsip ASEAN Outlook mengenai Indo-Pasifik," ujarnya kemarin.

Seperti dilansir laman ABC News, Rabu (22/9), Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah menghubungi Presiden Joko Widodo pekan lalu setelah Kementerian Luar Negeri Indonesia menyatakan keprihatinan dengan perlombaan senjata terkait perjanjian pertahanan Australia-Inggris-Amerika Serikat.

PM Morrison telah menegaskan kembali kepada Presiden Jokowi bahwa Australia akan tetap menjalankan kewajibannya menurut NPT. Dia mengatakan kemitraan keamanan Australia-Inggris-Amerika Serikat (AUKUS) yang baru justru akan berkontribusi pada stabilitas dan keseimbangan strategis di kawasan.

Indonesia bukan negara satu-satunya di Asia Tenggara yang menentang kapal selam tenaga nuklir yang direncanakan dibangun. Pada akhir pekan lalu, Perdana Menteri baru Malaysia, Ismail Sabri Yaakob, mengatakan proyek tersebut dapat memprovokasi kekuatan lain untuk mengambil tindakan yang lebih agresif di kawasan ini, terutama di Laut China Selatan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement