Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Agung Nursidik

Guru dan Komitmen Tanpa Batas Saat Pandemi Menyelamatkan Generasi

Guru Menulis | Wednesday, 22 Sep 2021, 10:37 WIB
Ilustrasi Gambar republika.co.id

Pandemi covid 19 yang terjadi sejak awal 2020 hingga sekarang telah banyak mempengruhi berbagai sektor dan bidang di Indonesia. Termasuk bidang pendidikan yang mengalami kevakuman pembelajaran offline di sekolah. Pembelajaran online di masa pandemi selama kurang lebih satu setengah tahun bukan waktu sebentar. Karena banyak dampak negatif yang dialami pada pembelajaran online tersebut.

Dampak negatif pada pembelajaran online sangat berpengaruh pada peserta didik di Indonesia yaitu kecanduan gadget. Bisa dibayangkan selama satu setengah tahun pembelajaran online hampir rata-rata peserta didik menggunakan gadget untuk mengakses semua pembelajaran dari guru. Selain itu kurangnya kontrol dari sekolah dan orang tua.

Pada kondisi tersebut semua orang tua dipaksa menjadi guru bagi anaknya di rumah. Orang tua yang tidak memahami metode pembelajaran dan tidak mahir menguasai teknologi pembelajaran harus disibukan dengan jadwal pelajaran online dan tugas online dari sekolah. Belum lagi bagi orang tuanya yang sibuk bekerja, maka harus membagi waktunya antara urusan pekerjaan dan mengontrol anaknya belajar dari rumah.

Ada beberapa faktor dan penyebab yang menimbulkan masalah tersebut semakin kompleks. Beberapa masalah tersebut diantaranya adalah; 1) kurangnya sosialisasi sekolah dengan konsep pembelajaran online; 2) Banyaknya pelajaran dan tugas dari sekolah; 3) tidak maratanya akses intrnet antara kota dan di desa; 4) kurangnya kontrol orang tua terhadap penggunaan gadget anaknya; 5) pemerintah melalui kominfo tidak menutup akses pornografi dan game online

Dari beberapa faktor permasalahan di atas penulis akan menjabarkannya berdasarkan pengalaman dan realita yang ada :

1. Kurangnya sosialisasi sekolah dengan konsep pembelajaran online. Banyak sekolah-sekolah mengalami gagap dalam menghadapi pandemi covid 19. Sehingga terjadi kebingungan dan ketidaksiapan dalam melaksanakan pembelajaran online. Akibat hal tersebut banyak sekolah tidak memiliki konsep pembelajaran online dengan baik, sehingga menghambat sosialisasi pembelajaran online.

2. Banyaknya jadwal dan tugas dari sekolah. Masih adanya sekolah yang baranggapan bahwa pembelajaran online sama jumlah waktu, target pembelajaran dan tugasnya. Akibatnya jadwal pembelajaran dan tugas online sama banyaknya dengan pembelajaran offline. Padahal pembelajaran online tidak menitik beratkan pada targetan materi namun menitik beratkan pada keterampilan, kecakapan hidup dan minat anak. Akibat dari hal tersebut orang tuapun merasa direpotkan dengan pembelajaran online

3. Tidak meratanya akses internet. Hal ini bukan hanya terjadi di daerah pedesaan, di daerah perkotaan pun masih ada beberapa orang tua yang tidak mampu membeli kuota yang mendukung pembelajaran online, bahkan masih ada beberapa orang tua yang tidak memiliki gadget (android) untuk pembelajaran. Sehingga ketinggalan tugas dan informasi pembelajaran online.

4. Kurangnya kontrol orang tua dalam penggunaan gadget. Sebagian orang tua yang telah memberikan gadget kepada anaknya mengganggap telah memenuhi kewajibannya tanpa mau mengontrol dan mendampingi anaknya untuk belajar, apalagi jika berasalan lelah karena seharian bekerja. Sehingga anak dibiarkan belajar sendiri menggunakan gadgetnya. Akibatnya lama kelamaan anaknya kecanduan dengan pornografi, game online dan medsos. Mengenai dampak dari kecanduan gadget, penulis telah membuat tulisan "Cara Penanganan Anak Kecanduan Gadget"

5. Pemerintah melalui kominfo tidak menutup akses pornografi dan game online. Hal ini semakin menambah permasalahan bagi peserta didik, disaat belajar online dengan gadgetnya mereka disuguhkan dengan mudahnya akses pornografi dan game online dengan sangat mudah. Hanya dengan satu gadget mereka bisa mengakses semuanya. Pembelajaran yang seharusnya mendapatkan ilmu dan manfaat namun mereka terancam dengan bahaya pornografi dan game online.

Sepanjang tahun 2020 hingga 2021 dinegeri ini, ratusan anak-anak di Indonesia khususnya jawa barat telah mengalami kerusakan moral/gangguan mental (baca “RSJ Jabar Tangani Ratusan Lebih Anak Kecanduan Gawai” : Nasional Republika). Maksudnya adalah akibat dari ketidaksiapan dan adaptasi pembelajaran online selama pandemi covid 19 ternyata telah menambah daftar anak-anak mengalami gangguan kejiwaan/mentalnya akibat penggunaan gadget yang tidak terkontrol dengan baik.

Anak-anak kita yang kelak akan menjadi generasi penerus kepemimpinan negeri ini, kini mereka telah menjadi korban perusakan moral yang akan membuat mereka mengalami penyimpangan sosial, tingkat emosional yang tinggi, penurunan daya konsenterasi belajar, tidak bisa membedakan benar dan salah, serta tidak bisa lagi mengontrol waktu.

Maka saatnya guru hebat Indonesia tampil dan bekerja keras memperbaiki generasi yang mengalami degradasi moral agar generasi kembali menjadi kuat baik secara aqidahnya, moral dan jasadiyahnya.

Namun perjuangan guru hebat Indonesia tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak diantaranya adalah orang tua, dinas pendidikan, pemerintah daerah dan pusat.

Sekarang bukan lagi berpangku tangan membirkan mereka, mari bahu-membahu, saling mendukung dan bersinergi menyelamatkan anak bangsa.

Hidup guru Hebat Indonesia

#GuruHebatBangsaKuat

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image