Selasa 21 Sep 2021 14:04 WIB

Kemendag Siapkan Rp 45 Miliar Subsidi 30 Ribu Ton Jagung

Subsidi diberikan untuk penanganan jangka pendek akibat tingginya harga jagung pakan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan siap untuk memberikan subsidi harga jagung sebanyak 30 ribu ton untuk membantu para peternak unggas demi kebutuhan pakan.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Pekerja mengeringkan jagung yang baru dipipil di Desa Balongga, Sigi, Sulawesi Tengah, Senin (6/9/2021). Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan siap untuk memberikan subsidi harga jagung sebanyak 30 ribu ton untuk membantu para peternak unggas demi kebutuhan pakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan siap untuk memberikan subsidi harga jagung sebanyak 30 ribu ton untuk membantu para peternak unggas demi kebutuhan pakan. Subsidi tersebut diberikan untuk penanganan jangka pendek akibat tingginya harga jagung untuk pakan unggas.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, menjelaskan, rata-rata harga jagung paling tinggi saat ini mencapai Rp 6.100 per kilogram (kg). Harga itu jauh melampaui dari acuan pemerintah sebesar Rp 4.500 per kg untuk kadar air 14 persen.

Baca Juga

"Kita siap subsidi, saya tanggung jawab di manapun barangnya mau lokal dan impor. Ini untuk kebutuhan bulan ini dulu karena kita harus realistis untuk menyiapkan ke depan," kata Lutfi dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI, Selasa (21/9).

Lutfi mengatakan, jika rata-rata harga jagung yang disubsidi sebesar Rp 1.500 per kg agar harga sesuai acuan, maka setidaknya kebutuhan dana diperkiakan sekitar Rp 45 miliar. Lutfi menegaskan, dana tersebut siap karena total dana untuk program Cadangan Stabilisasi Harga Pangan (CSHP) sebesar Rp 1,5 triliun.

Ia menjelaskan, kenaikan harga jagung saat ini telah diperkirakan sejak bulan Maret lalu. Pihaknya mengaku telah membuat surat resmi kepada Kementerian Perekonomian agar menyiapkan langkah antisipasi terhadap sejumlah komoditas bahan pokok yang sensitif, terlebih untuk jagung.

Pasalnya, komoditas jagung memiliki tata niaga yang diatur, seperti misalnya jika ingin melakukan importasi harus melalui persetujuan Kementerian Pertanian. Berbeda dengan kedelai yang juga mengalami lonjakan harga namun pasokan tetap tersedia karena importasi dibebaskan sehingga pasokan tetap tersedia.

"Jagung itu tata niaganya diatur, tidak bisa sembarangan diimpor. Ini mesti dipikirkan," tutur Lutfi.

Menurutnya, kenaikan harga jagung saat ini cenderung diakibatkan faktor penawaran dan permintaan. Sebab, jika pasokan tersedia dengan cukup harga tidak mungkin melonjak seperti saat ini.

Seperti Blitar, Jawa Timur Lutfi menuturkan, kebutuhan jagung yang sebanyak 7.000 ton per bulan sempat tidak terpenuhi. "Sekarang kita jangan berbicara jutaan ton, 7.000 saja tidak ada untuk Blitar satu bulan, saya sudah cek. Jadi intinya kita siap kasih subsidi tinggal tunjukkan di mana barangnya," tegasnya.

Seperti diketahui, Kementerian Pertanian (Kementan) yang bertanggung jawab terhadap penyediaan pasokan komoditas pangan mengklaim ketersediaan jagung hingga akhir pekan kedua September sebanyak 2,3 juta ton.

Stok tersebut diklaim tersebar di Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) sebanyak 722 ribu ton, di pengepul 744 ribu ton, di agen 423 ribu ton, serta sisanya 411 ribu ton ada di usaha lain, eceran, dan di rumah tangga.

Lutfi pun menegaskan, saat ini diperlukan langkah yang cepat. Sebab, harga produk unggas seperti telur ayam tengah turun akibat daya beli masyarakat yang menurun. Di satu sisi, harga pakan unggas yang menyumbang 70 persen terhadap biaya produksi tengah naik akibat tingginya harga jagung.

"Jadi saya minta maaf, bukan mau tunjuk-tunjuk, karena ini masalahnya melululantahkan peternak kita," kata Lutfi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement