Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhammad Abdul Aziz, Lc

Tantangan Kompetensi Guru di Masa Pandemi

Guru Menulis | Tuesday, 21 Sep 2021, 06:11 WIB

Yang kita rasakan di masa pandemi covid-19 ini, dampaknya tidak hanya ekonomi, sosial & politik tetapi juga di dunia pendidikan yang sangat terasa sangat besar dampaknya, hingga merubah pola pendidikan itu sendiri. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan atau penelitian. Guru adalah pahlawan sekaligus garda terdepan dalam Pendidikan, tugasnya bukan hanya sekedar mentransfer imu, tapi juga bisa harus memberikan akhlaq terpuji, kesantunan & teladan bagi muridnya sebagaimana terdapat dalam hadits sohih bukhori "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak" (HR. Bukhari). Guru yang seharusnya mengajar langsung bertatap muka dengan siswanya, sekarang dengan adanya pandemi, hal itu tidak bisa dilakukan guru lagi sebagaimana mestinya,dengan terpaksa seorang guru harus mengajar dengan jarak jauh, alias online. Itu semua demi memutus rantai penyebaran wabah covid-19 sekaligus mentaati peraturan pemerintah Indonesia. Peran pemerintah sangatlah penting dalam memberikan dukungan moralitas dan kualitas pendidikan kepada anak bangsa, karena pendidikan adalah kunci dari keberhasilan sumber daya manusia suatu Negara.

Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan di masa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran guru, dosen, dan interaksi belajar antara pelajar dan pengajar sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi. Situasi pandemi ini menjadi tantangan tersendiri bagi kreativitas setiap individu dalam menggunakan teknologi untuk mengembangkan dunia pendidikan. Demikian dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam, pada acara Medan International Conference on Energy and Sustainability, Selasa (27/10).

Guru atau pendidik dituntut untuk berfikir, bertindak kreatif juga inovatif dalam memberikan pembelajaran. Bukan hanya guru, sekolah dan praktisi pendidikan lainnya pun harus siap beradaptasi dengan kondisi yang ada. Kondisi tersebut bukan jadi alasan untuk terhentinya pendidiakan dan bukan juga untuk dihindari tetapi harus dihadapi dengan penuh kesabaran & perjuangan. Kondisi tersebut menjadi tantangan besar bagi guru, siswa dan orang tua untuk mencoba hal-hal baru yang selama ini belum terpikirkan. Sehingga dalam waktu yang singkat mampu mengubah paradigma baru bahwa pembelajaran yang selama ini sudah berjalan tidak mesti harus tatap muka langsung, namun harus mulai membiasakan dengan pembelajaran online atau daring atau PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) yang memanfatkan jaringan internet serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Dari segi manfaat, dilakukannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjadikan proses pendidikan di tanah air kita ke arah moderasi dan digitalisasi. Namun di sisi lain, hal itu juga menimbulkan banyak hambatan, diantaranya adalah belum semua orang mahir teknologi, terutama bagi daerah-daerah pelosok yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan piawai juga gawai karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat tersebut, orang tua siswa murid yang kurang faham teknologi alias gaptek, sulit memahami materi, rasa bosan anak, rasa malas dan sulit berkonsentrasi. Namun hambatan-hambatan diatas kita dapat atasi dengan membuat media pembelajaran dengan sistem daring yang komunikatif, kreatif & inovatif; seperti halnya kita bisa menggunakan pembelajaran dengan power point yang unik dan variatif, komunikasi insentif dengan wali murid, membuat ringkasan pembelajaran juga memberikan tugas yang mendorong siswa untuk aktif. Ada 3 konsep pendekatan yang diamanatkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, yaitu konsep 3N, yakni Niteni, Niroke, dan Nambahi yang berarti mengamati, meniru, dan menambahkan. Pendekatan ini bisa dilakukan dimanapun tanpa harus bertatap muka langsung. Lebih lanjut, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membuat cerdas generasi penerus bangsa, serta membentuk karakter bangsa yang bermoral. Sehingga, tantangan sebesar apapun di bidang Pendidikan harus bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab kita bersama, khususnya bagi seoraang guru yang fungsinya sebagai pengampu utama dibidang pendidikan dan pembelajaran.

Pandemi memang banyak menimbulkan banyak hambatan dan masalah, namun tidak mengapa, kita sebagai guru harus tetap bisa berbuat dengan baik untuk bisa menjalani masa-masa ini. Dengan adanyan pandemi juga justru kita sebagai guru banyak menemukan hikmah, hikmah yang kita dapatkan dari pandemi ini, khususnya yang melanda negeri kita, diantaranya adalah meningkatnya kompetensi guru, lahirnya guru-guru yang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan teknologi pembelajaran yang ada, juga dengan piawai bisa menggunakan teknologi modern yang telah banyak menyediakan aplikasi/media pembelajaran secara gratis, seperti microsoft teams, webex, google form, google classroom, zoom meeting, youtube dan lain-lain yang bisa menjadikan pendidikan di masa pandemi lebih hebat hingga bangsa pun kuat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image