Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khoirul Mustofa

Harapan dan Upaya Pemerintah Serta Masyarakat Terhadap Pandemi Covid-19

Lomba | Sunday, 19 Sep 2021, 23:21 WIB
(Screenshot penanganan Covid-19 oleh Pemerintah (19/09/2021) dari Satgas Covid dan BNPB)

Tidak terasa, suasana new normal (memakai masker, menjaga jarak, hindari kerumunan, dan mencuci tangan) ini sudah lebih dari dua tahun kita lalui. Berakhirnya pandemi ini, menjadi harapan terbesar baik dari pemerintah maupun masyarakat. Melihat angka penularan virus sudah menurun, membawa angin segar bagi semua pihak, kegiatan ekonomi dan pendidikan sudah mulai berjalan meskipun dilaksanakan secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan.

Berbagai upaya untuk mengakhiri pandemi ini sudah banyak dilakukan oleh pemerintah mulai dari mengeluarkan kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan varian level sesuai dengan tingkat penyebaran virus Covid-19 suatu daerah, memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PPJ) di bidang pendidikan, menganjurkan vaksin gratis untuk masyarakat agar kebal terhadap virus, pemberian stimulus dana di bidang kesehatan, dan pemberian bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak.

Tentunya beban pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan tersebut sangat besar, dan memerlukan dana keuangan yang tidak sedikit, dilansir dari Republika.co.id pemerintah telah mengalokasikan anggaran Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional sejumlah 744,75 triliun rupiah pada tahun 2021.

Harapan Besar Masyarakat Terhadap Pandemi

Pengeluaran alokasi dana sebesar itu agar bisa berjalan efektif diperlukan upaya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Berbagai pihak terutama mereka yang paling terdampak dari pandemi ini mulai dari pengusaha, karyawan, pedagang, guru, dan para pelajar. Para pedagang yang aktivitas utamanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan berdagang, ketika diperlakukan kebijakan PPKM mereka berjualan tidak bisa lama dan mengalami penurunan angka penjualan, atau bagi para pelajar yang aktivitas utamanya belajar harus melakukan kegiatan belajar mengajar secara online selama empat semester lebih, sedangkan bagi pelajar yang masuk ke sekolah baru belum mengenal lingkungan sekolah dan teman-temanya. Selain itu belajar yang dilakukan secara PJJ berdampak terhadap penguasaan materi pembelajaran dari sekolah, dan juga meningkatkan beban bagi orang tua wali murid dikarenakan anaknya di rumah tidak banyak melakukan kegiatan yang produktif.

Semua pihak mulai dari tenaga kesehatan yang berjuang dengan mengorbankan nyawanya menolong pasien yang positif Covid-19 besar harapannya agar pandemi ini segera berakhir. Bagi para penguasa berharap agar perusahaannya bisa kembali normal, pedagang bisa berjualan dengan omset seperti biasanya, pelajar dan orang tuanya berharap agar bisa sekolah dilakukan secara tatap muka.

Sikap Yang Tepat Memaknai Angka Penurunan Covid-19

(Screenshot penanganan Covid-19 oleh Pemerintah (19/09/2021) dari Satgas Covid dan BNPB)

Harapan besar tersebut tampaknya dalam waktu dekat akan segera terwujud, tepatnya akhir-akhir ini pada bulan September 2021 angka kenaikan kasus Covid-19 sudah menurun dan jumlah masyarakat yang sudah divaksin baik dosis pertama (79,617,095 dosis (38.23%) dan kedua (45,194,640 dosis (21.70%) dari target total vaksinasi berjumlah 207, 265, 720 untuk tenaga kesehatan, petugas publik, lansia, masyarakat yang rentan, masyarakat umum, dan anak yang berumur 12 sampai 17 tahun. Dengan vaksinasi tersebut diharapkan bisa meningkatkan imunitas dan pada akhirnya akan membentuk antibodi terhadap virus Covid-19.

Angka penurunan penyebaran virus Covid-19 ini akan membawa ke arah positif apabila masyarakat memberikan makna yang tepat dengan terus menjaga protokol kesehatan, tanpa itu apabila bersikap acuh dan menganggap pandemi ini sudah berakhir bisa jadi pandemi ini akan terus berlanjut dengan penambahan kasus yang tidak bisa dikendalikan seperti pada kasus pada bulan Juni-Juli 2021 lalu yang mencapai puluhan ribu penambahan positif Covid-19.

Dilansir dari CNBC Indonesia.com adanya varian virus baru yang diumumkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bernama varian Mu atau B.1.621 yang mulanya ditemukan di Kolombia (31/08/2021) dikuatirkan bisa menyebar ke Indonesia berhubung varian jenis baru tersebut kebal terhadap vaksin dan saat ini sudah ditemukan di kawasan Asia, yakni di Jepang dan Hong Kong.

Dikuatirkannya adanya gelombang yang ketiga ini harus menjadi perhatian serius baik pemerintah dan masyarakat supaya bisa terkendali atau tidak terjadi. Mengenai penyebaran virus sampai ke Indonesia tidak ada yang mengetahui kapan terjadi, sehingga diperlukan kewaspadaan sesama. Meskipun sekarang kegiatan masyarakat sudah mulai berjalan dari di bidang pendidikan sudah dilakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas, para pedagang sudah kembali berjualan secara normal hal ini harus kita dijaga bersama dengan tetap mematuhi protokol kesehatan secara ketat dengan selalu menerapkan 5M, mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

Kedisiplinan masyarakat dan usaha pemerintah secara optimal menjadi kunci dalam mengakhiri pandemi ini. Semoga dengan usaha dan ikhtiar yang sudah dilakukan pandemi ini bisa segera berakhir.

#LombaMenulisOpini

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image