Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Artikha Wibawa

Pandemi Pergi Pariwisata Kepri Bangkit Kembali

Lomba | Saturday, 18 Sep 2021, 09:35 WIB
Pulau Bawah di Kab. Anambas, Kepri (Sumber: www.cnn.com)

Kepulauan Riau merupakan salah satu provinsi di sudut utara Indonesia yang memiliki jumlah pulau terbanyak kedua di Indonesia, yakni mencapai 2.408 pulau. Sebagai provinsi kepulauan, Kepri terbentang panjang dari Selat Malaka hingga Laut China Selatan, dimana lokasi tersebut merupakan letak strategis yang berada pada lalu lintas perdagangan dunia, serta berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Kamboja, dan Singapura.

Berdasarkan letak strategis tersebut, maka tak heran jika Kepri menjadi provinsi yang menurut data dari BPS Kepri, pada tahun 2020 PDRB nya didominasi oleh sektor industri yakni sebanyak 36,49%. Bukan hanya itu, Kepri juga berada pada nominasi 10 besar sebagai provinsi dengan jumlah perusahaan terbanyak pada tahun 2019.

Banyaknya jumlah serta pertumbuhan industri yang semakin meningkat, memberikan dampak besar bagi kemajuan Provinsi Kepulauan Riau yakni modernisasi di beberapa pusat kotanya. Kondisi yang semakin maju memberikan Kepri sebuah julukan baru, yakni “Second Jakarta”.

Julukan ini diberikan sebab banyak ditemukan kemiripan diantaranya ialah suasana modern layaknya DKI Jakarta. Meskipun memiliki kemiripan akan nuansa modern, daerah yang dahulu dijuluki negeri segantang lada ini memiliki sisi lain yang sangat membedakannya dengan citra modern kota Jakarta. Sebab selain dikenal akan kemajuan kota dan industrinya, Kepri juga dikenal akan pesona keindahan wisatanya yang beragam. Seperti wisata alam, kuliner, budaya, religi, dan sejarahnya.

Kepopuleran wisata Kepri terbukti, sebab pada tahun 2019 tercatat dalam laporan kunjungan wisman Kepri oleh Dinas pariwisata Kepulauan Riau, sekitar 2,8 juta wisatawan mancanegara datang berkunjung untuk menikmati keindahan wisata di Kepri. Tingginya potensi daerah wisata di Kepri juga telah cukup terkelola dengan banyaknya program yang diterapkan oleh pemerintah untuk memajukan destinasi wisata Kepri. Salah satunya seperti program Hot Deals Kepulauan Riau yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata pada tahun 2019 lalu yang sukses menjual sebanyak 1,34 juta tiket yang mendatangkan wisatawan dari berbagai tempat.

Namun, tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung kian menurun seiring dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia yang mewabah sejak awal tahun 2020 lalu dan masih terus berlanjut hingga saat ini. Menurut BPS Kepri, jumlah wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara di Kepri pada tahun 2020 turun sebesar 99,27% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut diperparah dengan berbagai kemunculan varian virus baru yang juga diiringi dengan varian peraturan pemerintah terkait penanggulangannya.

Imbauan prokes, pembelajaran daring, work from home, serta pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dalam berbagai level telah diterapkan sebagai upaya pemutusan rantai pandemi Covid-19. Adanya PPKM membuat mobilitas masyarakat terbatas. Memang keputusan tersebut merupakan hal yang tepat untuk dilakukan demi mengatasi pandemi. Namun di sisi lain keputusan itu justru memberikan dampak negatif khususnya bagi bidang perekonomian dalam segi pariwisata. Kegiatan wisata tentu tidak terlaksana tanpa kehadiran pengunjung. Meskipun dalam situasi pandemi banyak destinasi wisata menyuguhkan kegiatan wisata secara virtual yang menjadi alternatif dalam situasi saat ini. Tetapi kesan dari kegiatan wisata secara virtual tentu berbeda jauh dengan kesan dan kenikmatan berwisata secara langsung di lokasi wisata. Kerinduan menjelajah berbagai destinasi wisata secara langsung telah dirasakan oleh para penikmat wisata.

Namun, dilansir dari Idx Chanel, pada beberapa daerah di Indonesia dengan level PPKM rendah kini dapat ditemukan berbagai destinasi pariwisata yang telah terbuka untuk pengunjung. Para wisatawan telah dapat berwisata pada beberapa daerah tersebut namun tetap dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Kembali lagi, suasana tersebut tetap tidak sama dengan kondisi dan kegiatan berwisata pada 3-4 tahun lalu di mana ada kebebasan menghirup udara tanpa masker, berkunjung dan mengelilingi berbagai destinasi wisata di berbagai daerah di Indonesia tanpa ada pembatasan. Dampak negatif tersebut tidak hanya dirasakan oleh para wisatawan, namun juga sangat memberikan pengaruh kepada para pengelola wisata daerah, khususnya Kepri. Pertumbuhan pariwisata seakan terhenti, yang juga mengakibatkan penurunan kondisi ekonomi masyarakat.

Keadaan tersebut akan terlepas dari dunia pariwisata hanya jika pandemi yang melanda hampir seluruh negara di dunia ini pergi dan bergabung dengan mantan pandemi lainnya yang telah menjadi endemi. Sebab ketika pandemi pergi dan seluruh negara akan dapat kembali pada situasi normal di mana tidak ada pembatasan, maka secara linear dunia pariwisata juga turut bangkit, karena masyarakat membutuhkan liburan untuk menyegarkan pikiran setelah hampir dua tahun mengalami pembatasan mobilitas.

Terkhusus pada daerah Kepulauan Riau, perginya pandemi akan sangat mendatangkan era kebangkitan yang baru terutama bagi bidang pariwisatanya. Letak yang strategis dapat mempercepat pertumbuhan pariwisata Kepri di masa kebangkitan tersebut. Sebab Kepri berada dekat dengan beberapa negara tetangga serta termasuk dalam jalur perdagangan dunia sehingga akan sangat memungkinkan untuk para wisatawan dari luar negeri dapat melancong dan menjelajah serta menikmati berbagai pesona destinasi wisata di Kepulauan Riau.

Saat pandemi pergi semua dapat kembali normal dan bebas, namun jangan biarkan budaya positif yang telah rutin dijalankan selama virus Covid-19 mewabah juga ikut pergi. Cara yang dapat dilakukan yakni dengan melanjutkan kebiasaan menerapkan pola hidup sehat seperti selalu mencuci tangan setiap sebelum dan setelah beraktivitas. Untuk para pengusaha serta pengelola wisata, kepergian pandemi juga harus disertai dengan semangat membangun usaha serta kesiapan untuk kembali bekerja demi turut berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata guna mengembalikan kestabilan ekonomi negara.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image