Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Andi Pangeran

Menjadi semangat bertemu atau sebaliknya ?

Lomba | Sunday, 19 Sep 2021, 13:36 WIB

Tidak terasa sudah 2 (dua) tahun kita melewati perjuangan melawan Covid 19. Apa yang kita bisa lakukan ya? Berjuang melawan korona dengan melakukan prokes 3M hingga 5M, melakukan aktifitas WFH (work from home), SFH (school from home), hingga menjadi pejuang rebahan? atau masih kebanyakan waktu luang? Menjadi “olahragawan” mulai dari jalan kaki, naik sepeda, atau bahkan lari mau pagi, sore ataupun malam ., hehehehee , Atau bisa juga menjadi “pakar” tanaman mulai dari tanaman Lidah Mertua, Krisan, Mawar, Melati, atau tanaman Alonema yang berusaha naik daun lagi hingga tanaman Janda Bolong dan Monstera yang tiba – tiba harganya menjadi sangat tinggi karena “trend”. Intinya kita bisa melakukan aktifitas apapun dirumah. Dan rumah seluas apapun seakan menjadi strategis, Mengapa? Karena kita akan menikmati rumah kita bersama anggota keluarga lain, dari dapur ke kamar menjadi dekat, dari ruang keluarga ke ruang tamu dekat, dan juga dari kamar mandi ke carport pun menjadi akan sangat dekat. Heheheeee ,

Selain rumah kita menjadi strategis karena banyaknya aktifitas di rumah kita, di rumah juga akan menjadi lebih terasa kehangatannya, Kok bisa? Tentu lah bisa, karena aktifitas yang banyak di rumah otomatis memerlukan energi yang banyak pula untuk itulah dapur di rumah tentu lebih sering dioptimalkan penggunaannya, jika malas masak kita tinggal order online deh, bagitu makanan pesanan tiba tinggal kita hangatkan kembali, mau pakai kompor, microwave ataupun apalah alat yang kita punya. Nah ini menjadi tambahan kegiatan untuk para ibu – ibu di rumah, karena harus juga memikirkan snack alias kudapan bagi seluruh anggota keluarga sebagai penunjang aktifitas WFH ataupun SFH. Nah bagaimana? Rumah kita terasa semakin hangatkan? Makan bersama, lebih sering ngobrol bareng, anak – anak bisa lebih sering curhat sama ortu nya, nonton TV atau film favorit bareng, lebih terasa serunya kan?

Mau marah? Atau Stress gara – gara Covid 19? Ya mau bagaimana lagi? Bukan cuman kita yang menghadapi? Seluruh dunia juga kali.., Ngak bisa jalan – jalan, ngak bisa ke Mall, ngak bisa dugem? Ngak bisa ke salon? Yah, ngak bisa ini itu, semua dibatasi, mulai dari Namanya PSBB, PPKM, tambah lagi PPKM pakai level 1 hingga 4. Ayo kita berdoa semua semoga tahun 2022 kita bisa memulai aktifitas dengan AKB! Apaan tuh AKB? Adaptasi Kebiasaan Baru, ini yang akan dilakukan oleh kita kedepan, mengapa? Sepertinya virus Covid 19 akan tetap ada tinggal kita hidup berdampingan dengan virus Covid 19. Lalu bagaimana caranya? Ya AKB itu, kita harus menerapkan kebiasaan baru yakni kita sebagai masyarakat membiasakan diri dalam prilaku hidup bersih, dengan menjaga protokol kesehatan yang dianjurkan oleh Pemerintah, memakai masker, sering mencuci tangan dengan sabun serta menjaga jarak. Jadi kemana – mana jangan lupa AKB ya!

Kasus pertama Covid 19 di Indonesia terjadi pada 2 Maret 2020, dimana pada tanggal tersebut diumumkan 2 (dua) kasus pertama yang terjadi di kota Depok. Yang kemudian kedua pasien tersebut dibawa di RS Soelianti Saroso. Dan pada April 2020, pemerintah resmi mengumumkan adanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Seperti kita ketahui bersama bahwa PSBB ini menjadikan aktifitas kita menjadi terbatas, hampir semua dilakukan di rumah, baik bekerja maupun sekolah, hingga kegiatan keagamaan sangat dibatasi.

Apa dampaknya bagi dunia Pendidikan? Tentunya sangatlah dirasakan besar tentunya, dimana bidang Pendidikan adalah pada kondisi normal sangatlah banyak kegiatan aktifitas yang melibatkan kurumunan orang, pada saat pembelajaran saja misalkan, rata – rata di kelas minimal 40 orang bahkan ada hingga mendekati ratusan orang untuk setiap pembelajaran. Belum lagi pada saat aktifitas di luar pembelajaran di kelas, misalkan pada saat kegiatan ekstrakulikuler, tentu akan berkerumun untuk setiap aktifitasnya. Belum lagi aktifitas penjunjang Pendidikan seperti loket pelayanan mahasiswa, kantin, ruang perpustakaan, laboratorium dan sebagainya, tentu jika dunia Pendidikan tidak dihentikan aktifitasnya maka akan menjadi cluster baru dalam penyebaran virus Covid 19.

Segala macam cara dilakukan oleh para pendidik untuk tetap melakukan kegiatan pembelajaran bisa berjalan, di awal – awal penerapan PSBB banyak sekali rekan saya yang melakukan aktifitas pembelajaran yang hanya mengirimkan tugas kepada para mahasiswa tanpa memberikan materi. Sehingga banyak mahasiswa yang mencari materi dengan cara apapun, yang pastinya google menjadi peran utama dalam pencarian informasi bagi mahasiswa milenial saat ini. Bertahap banyak rekan – rekan pengajar yang memberikan materi video pembelajaran, diskusi dengan mahasiswa melalui aplikasi zoom atau google classroom ataupun aplikasi lainnya. Artinya proses pembelajaran ini antara dosen / pengajar dan mahasiswa mulai terjadi. Para pengajar yang seniorpun mau tidak mau mulai belajar untuk menerima teknologi yang tergolong baru ini, dimana kita berdiskusi tanpa bertemu secara fisik, melainkan melalui telepon pintar, komputer ataupun laptop yang dibantu dengan aplikasi tertentu.

Wah seru ya? Teknologi yang pada awal tahun 2000an ini tergolong mahal saat ini bisa kita lakukan dengan telepon pintar kita.

Berarti kita dengan adanya Covid 19 pola berubah dong? Tentunya, saat ini saya rasa hampir semua pengajar dan mahasiswa mulai terbiasa dengan konsep PJJ alias Pembelajaran Jarak Jauh. Akibatnya? Semua kegiatan pembelajaran mulai dilakukan dengan memberikan link pada saat jam pembelajaran akan dimulai, semua tinggal masuk pada meeting room yang telah dilakukan. Mulai dari perkuliahan biasa, ujian tengah semester ataupun akhir semester, ujian sidang hingga wisuda dilakukan secara online hebat kan? Karena Covid 19 ini kita meminimalisir tatap muka ataupun bertemu dengan orang lain. Kalau bisa menyerahkan tugas secara online akan lebih dipilih jika dibandingkan dengan bertemu langsung.

Ada hal unik yang sering terjadi pada saat pembelajaran online ini terjadi, misalkan hilang sinyal, kualitas suara kurang jelas hingga ekspresi yang terkadang tidak terlihat. Bagi sebagian mahasiswa yang “nakal” kondisi ini bisa dimanfaatkan dimana mereka bisa menjadikan alasan kasus ini. Sebagai contoh saat sidang skripsi seorang mahasiswa ditanya oleh penguji dengan pertanyaan, namun mahasiswa tersebut kemungkinan tidak bisa menjawab, sehingga ia menjawab kepada dosen penguji adalah “maaf pa, kurang jelas, sinyal putus – putus” heheheee.., inilah yang bisa terjadi jika ujian skripsi dilakukan dengan cara online. Atau yang sering terjadi, pada saat ujian dengan menggunakan google form dimana mahasiswa diminta memberikan jawaban terhadap pertanyaan. Seperti kita ketahui yang namanya ujian tidak boleh buka buku, siapa yang bisa menjamin? atau mereka mahasiswa mencari jawaban di google, hehehee.., nah untuk itu dibutuhkan hati nurani yang jujur pada masing – masing individu.

Seiring program vaksinasi yang sudah mulai dilakukan oleh Pemerintah, data menunjukkan hingga Agustus 2021 jumlah penduduk Indonesia yang sudah melakukan vaksin Covid 19 hingga dosis kedua adalah melebihi 50 juta jiwa. Jika dilihat dari data seluruh dunia Indonesia menempati peringkat keempat, setelah India, Amerika Serikat dan Brazil. Ini menunjukkan langkah serius Pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan Covid 19 di negeri ini.

Dengan penurunan level PKPM di beberapa wilayah Indonesia secara bertahap proses pembelajaran segera dimulai. Pertanyaan nya siapkah kita kembali untuk bertatap muka? Apakah menjadi semangat baru atau menjadi terbiasa dengan konsep PJJ?

Beberapa teman saya tanyakan langsung, masih menjawab “saya masih lakukan dengan online saja” ada juga yang bersemangat untuk segera kita lakukan tatap muka. Saya pribadi lebih memilih untuk segera bertatap muka, mengapa ? karena banyak hal yang tidak dapat dilakukan secara online. Melihat ekspresi wajah saat berbicara salah satunya, akan sangat berbeda jika kita bertemu langsung. Terkadang kita perlu melihat langsung sebelum membuat keputusan. Karena bahasa lisan akan memiliki 1000 arti lebih dalam jika dibandingkan dengan tulisan dengan 1000 kata.

Beberapa teman semenjak Pandemi Covid 19 berlangsung saat ini menjadi lebih enjoy karena adanya aplikasi zoom meeting, google classroom hingga google form, merasa kita tidak perlu lagi untuk bertatap muka secara langsung. OK, ini adalah pilihan kepada pribadi masing – masing.

Saya menantikan saat – saat di dalam kelas, dengan memberikan pengajaran kepada mahasiswa, dimana didalam kelas terkadang ada mahasiswa yang serius, cuek bahkan tidur, sehingga perlu ditegur oleh saya dan juga celotehan dari para mahasiswa lain. Ekspresi kesal hingga ekspresi bertanya berulang dari mahasiswa terhadap tugas yang diberikan menyulitkan. Saya menantikan diskusi dengan mahasiswa terhadap materi yang saya berikan, mungkin saja mereka lebih mengetahui materi secara praktikal sementara saya mengetahui secara teoritis. Dengan diskusi tersebut menambah keilmuan saya terhadap materi tersebut dan dengan senang hati saya menerima hasil diskusi sebagai bahan pembelajaran berkelanjutan.

Mungkin itu semua memberikan imunitas bagi tubuh saya yang lebih tinggi dari vaksin Covid 19 itu sendiri, karena secara tidak langsung saya bertanggung jawab terhadap generasi mendatang untuk negeri ini. Berjayanya negeri ini juga berada ditangan mereka, kepada mereka juga kita titipkan diri ini untuk menjadi pemimpin masa depan. Selain itu juga saya bertanggung jawab kepada Tuhan terhadap segala ilmu yang saya berikan kepada mahasiswa.

Tuhan.., segerakanlah pandemi Covid 19 ini engkau singkirkan dari Nusantara..,

Referensi :

1. https://tirto.id/2-maret-2020-kasus-corona-pertama-di-indonesia-diumumkan-tahun-lalu-gaKw, Selasa, 2 Maret 2021, diakses pada Jumat, 17 September 2021

2. https://www.merdeka.com/dunia/data-tingkat-vaksinasi-covid-19-dunia-indonesia-urutan-berapa.html, Senin 23 Agustus 2021, diakses pada Jumat, 17 September 2021

3. https://www.republika.co.id/berita/qzns50409/pakar-pelonggaran-ppkm-harus-terkontrol-dan-terukur, diakses pada Minggu, 19 September 2021

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image