Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Zefanya Dina Wirakusuma

Andai Pandemi Pergi: Kenangan Indah Datang Menetap

Lomba | Saturday, 18 Sep 2021, 15:22 WIB

Pada bulan Maret tahun 2020 ketika ramai dengan berita kasus pertama Covid-19 di Indonesia, saya sedang bersenang-senang di Pulau Bali mengikuti karya wisata SMA. Saya dan teman-teman tidak pernah menyangka jika ada wabah yang membuat kami harus segera kembali pulang dan tidak melanjutkan berwisata. Kami hanya menginap satu malam di Bali padahal yang seharusnya tiga malam. Masih banyak tempat wisata yang tidak bisa kami kunjungi. Bermain di pulau penyu dan wahana air di Nusa Dua Bali pun tidak sempat. Rencana untuk duduk menikmati matahari tenggelam dengan semilir angin Pantai Kuta juga dibatalkan begitu saja. Gaun indah untuk mengikuti pesta malam keakraban harus kembali dilipat ke dalam koper. Andai waktu itu pandemi di Indonesia datang lebih terlambat, mungkin kenangan karya wisata saya tidak berhenti hanya di hari pertama.

Kata orang, masa SMA adalah masa paling indah. Namun sayangnya itu tidak berlaku bagi saya yang disebut angkatan corona. Cukup lucu dengan penyebutan tersebut. Andai pandemi tidak menetap terlalu lama mungkin saya akan mendapat rekor pelanggan mie ayam terbanyak di kantin SMA. Mungkin keseharian saya hanya datang ke sekolah lebih awal dengan motor kesayangan dan pulang ke rumah saat matahari terbenam. Menghabiskan waktu di perpustakaan untuk mempersiapkan diri sebagai senior kelas 12. Mengobrol kesana kesini dengan sahabat atau sekadar bergosip membicarakan pujaan hati. Mungkin saya juga akan mengenakan kebaya putih untuk datang ke acara wisuda SMA. Dengan rambut disanggul dan tangan membawa buket bunga. Kemudian mungkin akan mampir ke studio foto untuk mengabadikan momen kelulusan satu kali seumur hidup. Lalu lanjut berganti pakaian lain untuk mengikuti pesta malam kelulusan bersama teman satu angkatan.

Melihat waktu kebelakang seusai pulang dari Pulau Dewata, guru saya mengatakan ada libur sementara selama dua minggu menurut kebijakan dari pemerintah karena mulai naiknya kasus Covid-19. Namun seiring waktu berjalan, dua minggu itu berubah hingga hampir dua tahun. Waktu awal pandemi saya masih menikmati duduk di bangku kelas 11 namun kini saya sudah menjadi seorang mahasiswa.

Kini waktu benar berjalan begitu cepat. Andai pandemi pergi, mungkin saya bisa mengenakan jas almamater baru dengan rambut diikat kepang dua mengikuti kegiatan ospek. Menyambut kampus impian dengan teman-teman dari berbagai daerah. Merasakan suasana menjadi anak rantau sebagai mahasiswa di Kota Pelajar, Yogyakarta. Merasakan sibuknya tugas kuliah, organisasi kampus atau sibuknya memikirkan ingin makan apa di akhir bulan. Namun sayangnya itu semua belum bisa dirasakan langsung. Hingga kini saya masih duduk di depan laptop, mendengarkan dosen mengajar dan sesekali tertidur saat kuliah berlangsung. Mengerjakan tugas online dan mengumpulkan dengan tenggat waktu yang dekat.

Sedihnya Covid-19 masih nyaman berdekatan dengan kita semua. Kita masih diminta bersabar dan berdiam diri di rumah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Televisi yang tidak lelah menayangkan berita kasus harian. Hingga para tenaga kesehatan yang tumbang karena kelelahan dengan kasus yang melonjak tinggi. Banyak karyawan yang putus kerja karena pengusaha yang gulung tikar. Orang tua yang harus putar otak memikirkan untuk bertahan dalam kondisi yang susah. Seandainya pandemi berakhir begitu cepat, itu semua tidak perlu kita lalui. Mungkin kehidupan kita tidak dihiasi dengan isak tangis kehilangan orang tersayang dan roda perekonomian tetap berada diatas. Mungkin kita dapat merayakan Idul Fitri, Natal dan hari libur nasional lainnya bersama keluarga serta sanak saudara. Kita bisa merasakan kembali bersesakkan dengan orang lain dalam pesawat, kereta ataupun bis untuk pulang ke kampung halaman. Menghabiskan waktu berlibur di kebun binatang atau sekadar membakar daging di halaman belakang rumah.

Saat ini saya benar-benar berharap pandemi segera pergi agar semua kembali normal tanpa rasa takut berada di luar rumah. Saya ingin membuat kenangan indah untuk saya ceritakan di masa depan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image