Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Fathia Rasikha Ryani

Sang Nakhoda

Sastra | Saturday, 18 Sep 2021, 09:25 WIB
Pict from: Pinterest

Sebuah kapal siap melaju dari dermaga A menuju dermaga K. Seorang gadis duduk di luar kapal. Lututnya ditekuk, sementara rambutnya terurai berkibas. Sayup-sayup ia memejamkan mata, merasakan angin menerpa wajahnya yang pias.

Dua jam di laut, kondisi stabil, tidak terjadi apa-apa. Sampai kemudian, gadis itu melihat ombak besar di kejauhan. Matanya membulat sempurna. Perasaannya mendadak gelisah bercambur khawatir akan keselamatan dirinya dan penumpang lain.

Dia bangkit, melangkah cepat ke nakhoda. "Pak, di depan sana saya melihat ombak besar siap menerjang kapal ini. Lalu, bagaimana dengan keselamatan kita?"

Sang nakhoda tersenyum, berusaha menenangkan. "Nona, tidak usah khawatir. Silakan masuk dan duduk di tempat Nona."

Gadis itu menurut, dia berbalik ke dalam kapal. Badannya mulai merasakan guncangan yang hebat. Kapal mulai limbung ke kanan-kiri. Lisannya tak henti merapalkan doa. Dia berusaha tenang, tapi tidak bisa. Kembali dia menghampiri nakhoda. "Pak, bagaimana ini, ombak semakin menjadi!" serunya takut.

Lagi-lagi di balik kemudi, nakhoda menjawab dengan senyuman tulusnya. "Nona, tenanglah. Mau tidak mau kita harus melewati badai di depan sana. Sebagai pemegang kendali kapal ini, saya akan berusaha semampu saya menyelamatkan kita semua sampai ke tujuan. Tugas Nona adalah memberikan kepercayaan kepada saya."

Dalam diam sang gadis mencerna kalimat nakhoda di balik wajah cemasnya. Benar, suka tidak suka, mau tidak mau, ombak besar harus dilalui. Kemudian dia mengangguk, memberikan kepercayaan itu pada nakhoda.

Pada akhirnya, sang nakhoda berhasil mengendalikan kapal meski harus menghantam ombak besar. Kapal pun berlabuh pada dermaga tujuannya.

Begitulah kehidupan berjalan. Badai selalu ada. Rintangan seolah tak pernah berhenti. Ujian datang bertubi-tubi. Tapi, sebagaimana kapal yang memiliki nakhoda, dalam hidup pun kita mempunya nakhoda. Tuhan. Dia-lah pemegang kendali penuh kapal kehidupan yang kita jalani hingga sampai pada tujuan kita diciptakan. Tugas kita hanya perlu percaya bahwa Allah sebaik-baik pembuat rencana.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image