Jumat 17 Sep 2021 23:11 WIB

Tahun Depan PLTMG Nias Mulai Pakai Gas dari PGN

Pemanfaatan gas tersebut akan menekan penggunaan BBM dan menghemat biaya produksi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
PT PLN (Persero) mendapatkan sudah dipastikan akan mendapat pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) Nias di Gunung Sitoli, Sumatera Utara.
Foto: istimewa
PT PLN (Persero) mendapatkan sudah dipastikan akan mendapat pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) Nias di Gunung Sitoli, Sumatera Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) mendapatkan sudah dipastikan akan mendapat pasokan gas dari PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) Nias di Gunung Sitoli, Sumatera Utara. Pemanfaatan gas tersebut akan menekan penggunaan BBM dan menghemat biaya produksi listrik di pembangkit PLN.

Rudy Hendra Prastowo, Direktur Energi Primer PLN, menjelaskan pembangkit berkapasitas 25 megawatt (MW) itu akan mulai dipasok gas dari Arun, Aceh pada 2022. PLN bersama PGN saat ini sedang menyelesaikan konstruksi seluruh infrastruktur pendukung distribusi gas, salah satunya adalah pembangunan Jetti.

“Dalam proses gasifikasi itu, dibahas juga terkait dengan lokasi, kemudian juga terkait dengan potensi pengembangan untuk menggunakan gas yang memang lebih realistis ke depan. Dan kita juga melihat tadi meninjau kendala-kendala apa yang memungkinkan agar ini menjadi efisien dan efektif untuk diimplementasikan,” ungkap Rudy, Jumat (17/9).

Rudy menuturkan, PLN dan PGN terus melakukan diskusi dan pembahasan terkait tantangan dari penyerapan gas di PLTMG Nias ini. “Tadi kita lihat disini ternyata memang butuh terkait dengan proses unloading berarti untuk jetti menjadi kendala utama, yang lainnya saya rasa bisa menyesuaikan,” ungkap Rudy.

Jika proyek gasifikasi ini selesai maka PLN kata Rudy bisa menghemat lebih dari 5 persen dari operasional bahan bakar pembangkit. Di satu sisi, efisiensi bisa lebih didapatkan dengan ketersediaan alokasi gas yang lebih dekat dari pembangkit.

Untuk ke depan juga ada nilai positif dari pembangunan gasifikasi dan terkait dengan kebutuhan masyarakat penggunaan dari pada gas storage ini menjadi lebih baik.

“Karena dengan penggunaan gas ini, selain lebih positif di lingkungan juga terkait dengan optimasi kita di beban Nias ini memang butuh infrastruktur itu, efisiensinya bisa mencapai 5 persen,” kata Rudy.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement