Jumat 17 Sep 2021 19:29 WIB

Lebanon Minta Perusahan AS untuk Audit Bank Sentral

Audit ini dilakukan agar Lebanon kembali mendapat kepercayaan internasional.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikat, tiba untuk menghadiri rapat kabinet di istana presiden di Baabda, timur Beirut, Lebanon, Senin, 13 September 2021.
Foto: AP/Bilal Hussein
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikat, tiba untuk menghadiri rapat kabinet di istana presiden di Baabda, timur Beirut, Lebanon, Senin, 13 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Menteri Keuangan Lebanon Youssef El Khalil menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan yang berbasis di New York, Alvarez & Marsal untuk melakukan audit forensik terhadap bank sentral. Upaya itu merupakan permintaan utama warga internasional guna memulihkan kepercayaan di negara yang dilanda krisis itu.

Sebuah pemerintahan baru ditunjuk awal bulan ini dan mengembalikan audit forensik yang merupakan kontrak pertama ditandatangani oleh El Khalil. Jabatan terakhir El Khalil diketahui sebagai direktur eksekutif departemen operasi keuangan bank sentral.

Baca Juga

Kantor El Khalil mengatakan, perusahaan akan menyajikan laporan 12 minggu setelah memulai auditnya. Tidak ada tanggal yang diberikan untuk mulai proses tersebut.

Alvarez & Marsal telah menarik diri dari kesepakatan sebelumnya akhir tahun lalu. Perusahan itu mengeluh bahwa setelah berbulan-bulan bekerja tidak dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk melakukan auditnya.

Penarikan itu merupakan pukulan terhadap seruan untuk akuntabilitas di negara yang terperosok dalam dekade korupsi yang banyak dianggap sebagai alasan utama kehancuran ekonomi. Audit forensik pun telah menjadi tuntutan utama oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan donor internasional.

Mereka mengatakan tidak akan memberikan uang kepada Lebanon tanpa reformasi besar untuk memerangi korupsi dan pemborosan yang meluas di lembaga-lembaga negara.

Sementara itu, Lebanon berjuang tanpa pemerintahan yang berfungsi penuh selama lebih dari satu tahun di tengah salah satu krisis ekonomi dan keuangan terburuk di dunia. Pemerintah sementara menganjurkan audit forensik setelah negara itu gagal membayar kembali utangnya yang besar untuk pertama kalinya pada 2020.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement