Jumat 17 Sep 2021 15:42 WIB

Menanamkan Jiwa Berprestasi Sejak Awal

Program untuk meningkatkan soft skill dan hard skill mahasiswa sudah berjalan.

Pembukaan pelaksanaan program pengenalan kampus di UAD.
Foto: Dokumen.
Pembukaan pelaksanaan program pengenalan kampus di UAD.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta senantiasa berupaya menanamkan jiwa berprestasi kepada para mahasiswanya. UAD selalu memantau dan memahami mahasiswa, lalu membentuk mental berprestasi sesuai dengan harapan mereka.

Hal itu, menurut Wakil Rektor UAD Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Dr Gatot Sugiharto SH MH, jauh akan lebih mudah. Maka, sangat penting adanya penelusuran minat bakat mahasiswa.

 

Menurutnya, pihaknya sudah memiliki program untuk menanamkan jiwa prestasi kepada mahasiswa, bahkan sejak awal masuk UAD. Rutin di awal tahun para mahasiswa mendapatkan soft skill.

 

Diharapkan mahasiswa bisa beradaptasi dengan perkuliahan sekaligus bentuk karakter agar punya motivasi berprestasi. Mahasiswa juga dituntun untuk mampu bekerja sama sekaligus diberikan pembekalan moral al-Islam dan kemuhammadiyahan.

Selain itu mahasiswa diarahkan untuk mengikuti UKM dan kegiatan organisasi mahasiswa (ormawa ) yang ada di kampus. Tahun kedua, diharapkan mereka dapat memantapkan diri mengembangkan keterampilan (skill), di situ UAD akan fasilitasi kebutuhan mahasiswa.

“Adapun pada tahun ketiga, mereka  memulai perencanaan karier. Kami berikan soft skill dua. Tahun keempat, sebe­lum mereka lulus kita mantapkan karier mereka, dengan pelatihan, job fair, dan job interview,"  katanya.

Gatot yang juga dosen Fakultas Hukum tersebut mengaku, pola program pengembangan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill mahasiswa sudah berjalan. Pihaknya menciptakan suasana nyaman agar mahasiswa menjalaninya dengan nyaman.

Ia berpendapat, jika sudah merasa nyaman, maka lebih mudah untuk membentuk jiwa berprestasi, hal itu akan meningkatkan prestasi mahasiswa UAD. “Selain menyediakan fasilitas, kami juga perlu menanamkan jargon jiwa berprestasi agar mendarah daging di dalam jiwa mahasiswa kami, terutama pada mahasiswa baru," ujar dia.

UAD sendiri melalui Sistem Infor­masi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (SIMKATMAWA) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada 2019 UAD berada di posisi 29, kemudian di 2020 di posisi 19. “Saya yakin tahun ini bisa naik lagi dengan sistem pembinaan dan pengelolaan untuk meningkatkan jiwa prestasi sudah kami lakukan,” tegasnya.

Program pembinaan

Gatot mengaku, prestasi yang diharapkan adalah prestasi yang linier dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) seperti yang didengungkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek). Tentu saja pihak kampus tidak menutup bakat lain yang disukai oleh mahasiswa yang tidak linier.

“Intinya kami akan memberikan fasilitas kepada mereka dan membina mereka minat bakat sesuai dengan keinginan dan harapan mereka,” katanya.

Lebih lanjut Gatot berharap para mahasiswa baru dapat mengikuti semua program pembinaan. Sehingga mahasiswa baru tetap berprestasi meskipun dalam kondisi pandemi.

Kepala Bidang Pengembangan Karakter dan Kesejahteraan UAD, Caraka Putra Bhakti SPd MPd menambahkan, untuk menciptakan mahasiswa berprestasi digunakan pendekatan nguwongke (memanusiakan) dan ngemong, mengasuh seperti anak sendiri.

“Makanya kami dekat dengan mahasiswa, hal itu dilakukan agar kami mengenal dan memahami apa yang diinginkan mahasiswa, khususnya minat bakat mereka,” jelas dia.

Lelaki yang akrab dipanggil Carakan ini menyampaikan, prestasi akan memudahkan mahasiswa mendapatkan beasiswa, baik di luar atau di dalam UAD. Beasiswa tidak hanya untuk mahasiswa baru tapi juga diberikan kepada mahasiswa lama, terutama mahasiswa yang berprestasi.

"Mahasiswa yang berprestasi diberikan reward. Tidak hanya itu para mahasiswa juga difasilitasi tempat, pembimbing, dan pelatih untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa,” kata­nya.

Di UAD, ungkap dia, ada beasiswa khusus yaitu Student Employment (SE). Rata-rata yang menjadi SE, lanjutnya, keterampilannya sudah terbentuk. Maka tinggal dikembangkan dan terus diasah. Tentu saja akan ada proses seleksi, seperti beasiswa yang ada.

Dengan adanya SE ini, ia menegaskan, mereka akan semakin meningkat kemampuannya karena ada rutinitas yang dikerjakan. Dikatakan, soft skill tidak bisa diajarkan di dalam kelas. Namun lewat belajar sambil mengerjakan. “Kita memberikan fasilitas itu,” ujar Carakan.

Selain SE, salah satu fasilitas lainnya adalah kerja sama dengan dosen dalam penelitian, dosen menjadi fasilitator. Di UAD banyak kesempatan seperti itu, tentu saja dengan prestasi mahasiswa masing-masing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement