Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Syahrial, S.T

Guru Inspiratif saat Pandemi dengan Karya Literasi

Guru Menulis | Friday, 17 Sep 2021, 11:04 WIB
Syahrial, S.T

Punya waktu luang yang cukup adalah sebuah anugerah tersendiri bagi mereka yang memiliki hobby menulis. Dengan waktu yang cukup inilah seorang penulis dapat dengan leluasa menuangkan ide yang ada di kepalanya ke dokumen tertulis melalui papan ketik di laptop atau PC nya. Dan pandemi adalah sebuah anugerah buat mereka. Karena selama pandemi banyak waktu yang dimiliki oleh hampir banyak orang di dunia, apalagi pada saat suatu wilayah dinyatakan lockdown, pembatasan sosial berskala besar, atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat seperti yang masih berlangsung sekarang ini. Waktu luang yang cukup itulah yang dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh mereka yang mengaku dirinya penulis.

Pembatasan gerak masyarakat oleh pemerintah yang bertujuan untuk meredam penyebaran virus covid-19 telah mengakibatkan sedikitnya waktu masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah. Bagi pegawai pemerintah maupun swasta yang terkena pemberlakuan work from home, waktu yang biasanya mereka gunakan untuk berangkat ke tempat kerja apalagi jalan yang dilewatinya sering macet, sekarang menjadi waktu luang. Jika dalam sehari saja, waktu yang digunakan untuk berkendaraan dari rumah ke tempat kerja pergi dan pulang totalnya memakan waktu dua jam, maka dua jam itu adalah waktu luang selama pembatasan gerak masyarakat tersebut.

Begitu juga bagi guru yang sekolahnya harus melakukan pembelajaran jarak jauh. Apalagi jika pembelajaran yang diterapkan adalah daring asinkronus, maka akan semakin banyak waktu luang tersebut. Hal ini disebabkan pembelajaran daring asinkronus menganut prinsip dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Pada pembelajaran daring asinkronus guru dapat menyiapkan materi lebih dulu, dan interaksi pembelajaran dilakukan secara fleksibel dan tidak harus dalam waktu yang sama, misalkan menggunakan forum diskusi atau belajar mandiri.

Guru penulis pasti akan memanfaatkan waktu luang ini untuk menuangkan ide kreatifnya ke dalam bentuk tulisan. Apalagi jika guru penulis tersebut menyadari sepenuhnya bahwa dia adalah teladan dalam program literasi di sekolahnya. Guru penulis adalah contoh lengkap dalam hal pelaksanaan literasi di sekolah. Karena guru penulis selain jago menulis sudah pasti buku yang telah dibacanya tidak sedikit. Seseorang akan punya banyak ide menulis setelah dia banyak membaca, entah itu buku, majalah, koran, maupun berita online. Untuk menulis saja seorang penulis harus belajar dari membaca tulisan penulis lain bagaimana ia menuangkan gagasan dalam tulisannya, merangkai kata dan mampu memilih kata yang efektif, dan kita juga belajar bagaimana menggunakan kaidah-kaidah ejaan yang disempurnakan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, serta bisa membedakan penggunaan bahasa baku dan tidak baku. Teladan seperti inilah yang dibutuhkan oleh siswa agar seruan untuk berliterasi di sekolah bukan hanya isapan jempol belaka tanpa ada bukti nyata dari gurunya.

Lalu timbul pertanyaan mengapa literasi begitu penting?, sampai sampai pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan program gerakan literasi nasional. Pada awalnya literasi hanya dipahami sebagai melek aksara, dalam arti hanya mengenal huruf dan angka serta bisa baca dan tulis saja. Namun sejalan perkembangan teknologi, makna literasi menjadi lebih luas. Sekarang ini literasi diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.

Menulis adalah sebuah keterampilan yang tidak akan bisa tercipta begitu saja tanpa ada usaha untuk melatih diri membuat tulisan yang baik. Untuk menjadi seorang penulis tentunya seorang guru harus banyak membuat karya tulis agar kualitas tulisannya semakin lama semakin baik. Banyak bentuk karya tulis yang dapat dipilih oleh guru untuk menyalurkan kemampuan menulisnya tersebut. Diantaranya dapat berupa artikel ilmiah populer atau opini yang diterbitkan di koran, buku fiksi atau non-fiksi yang diterbitkan penerbit dan memiliki ISBN, cerita pendek atau puisi yang dimuat koran, atau laporan pelaksanaan penelitian pendidikan yang telah dilakukannya.

Jika guru penulis telah berhasil membuat karya tulisnya, maka yang diperlukan selanjutnya agar program gerakan literasi ini sampai ke siswanya adalah mengenalkan karya tersebut. Karena sekarang ini zaman digital, maka sarana yang paling efektif untuk memperkenalkan hasil karya guru tadi adalah melalui media sosial. Karena bisa dipastikan hampir semua siswa sekarang ini memiliki media sosial. Ini adalah peluang terbesar untuk memperkenalkan karya guru kepada siswanya. Misalnya seorang guru telah berhasil membuat tulisan opini di koran, maka yang harus dilakukan guru tersebut selanjutnya memposting foto atau screenshoot koran yang berisi opini guru tersebut ke semua media sosial yang dimilikinya. Dengan demikian semua siswa yang terkoneksi dengan media sosial guru tadi akan mengetahui dan dapat membaca tulisan opininya.

Jika ‘promosi’ tulisan ini dilakukan secara terus menerus, maka lambat laun ini akan memberi inspirasi kepada siswanya untuk mencontoh apa yang telah dilakukan gurunya tersebut. Bukan tidak mungkin, siswa yang tertarik dengan tulis menulis akan mengikuti jejak sang guru untuk ikut membuat karya tulis, entah itu berupa komik, cerita pendek, puisi, atau mungkin sebuah novel. Dan jika ini terus dilakukan secara masif dan diikuti oleh banyak guru dan siswa, maka bisa saja pada suatu hari nanti sekolah akan mengadakan pameran hasil karya tulis siswa dan guru dalam event berskala kabupaten atau provinsi bahkan nasional. Alangkah bahagianya kita jika hal itu benar benar terjadi. Namun untuk mencapai semua itu diperlukan kesungguhan keistiqomahan kita semua.

Semoga dengan adanya pandemi yang masih kita alami sampai sekarang ini, ada hikmah positif yang dapat diambil oleh guru dan siswa. Mungkin ini momentum awal kebangkitan program literasi di sekolah. Mari kita gunakan waktu luang yang ada untuk terus berkarya. Salam literasi!

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image