Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Djoko Soegiyanto, S.Pi, S.Pd, M.Pd.I

Pandemi (Pasti) Berakhir

Guru Menulis | Friday, 17 Sep 2021, 07:54 WIB

Sudah kurang lebih 2 tahun Indonesia dilanda pandemi covid-19 yang banyak memberikan dampak pada seluruh bidang kehidupan manusia. Baik bidang sosial, ekonomi terlebih lagi di bidang pendidikan. Sekolah Sebagian besar ditutup untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Karena pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta gugus tugas covid-19 menginstruksikan agar sekolah menunda pertemuan tatap muka apabila di daerahnya mengalami lonjakan covid-19 yang signifikan. Keselamatan dan kesehatan siswa dan orangtua lebih utama dalam menghadapi kondisi seperti ini.

Namun imbas dari penutupan sekolah tersebut adalah siswa dialihkan untuk belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh menggunakan beberapa aplikasi pendidikan yang mampu memfasilitasi siswa untuk tetap belajar dan menerima ilmu pengetahuan dari guru. Mau tidak mau siswa harus berinteraksi secara intensif dengan gadget dan hp (handphone) untuk mengikuti pembelajaran jarak jauh yang dilakukan oleh pihak sekolah. Aplikasi yang umum digunakan adalah Google Classroom (GCR), dimana siswa akan dimasukkan ke dalam kelas virtual sesuai dengan mata pelajaran yang akan dipelajari. Misalnya untuk pembelajaran tematik dan bidang studi maka siswa akan bergabung dalam kelas virtual tematik dan bidang studi, untuk mata pelajaran matematika siswa juga akan bergabung dalam kelas matematika.

Di dalam kelas Google Classroom (GCR) siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh masing-masing guru sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan. Siswa juga dapat melakukan semua aktivitas secara virtual misalnya mengisi daftar hadir, mengumpulkan tugas baik berupa tulisan, foto, gambar dan lain-lain. Selain Google Classroom (GCR) siswa juga dikenalkan dengan video conference yang ada di whattapps dimana guru membentuk kelompok-kelompok kecil untuk memudahkan dalam memantau, memastikan dan mengevaluasi keaktifan siswa dalam belajar. Selain itu juga bisa dijadikan sebagai momen silaturahmi antara guru dengan siswa karena lama tidak bertemu secara langsung di sekolah.

Selain whattapps aplikasi video conference yang sering digunakan adalah zoom meeting, google meet, dan video call. Sehingga dengan penggunaan aplikasi tersebut dapat memfasilitasi pertemuan tatap muka antara dengan guru tetap terjalin dengan baik meskipun hanya secara daring/virtual. Memang sangat berbeda apabila kita bandingkan dengan pertemuan tatap muka sebelum pandemi melanda Indonesia. Namun pihak sekolah, guru dan orangtua sudah berusaha maksimal agar proses pembelajaran ini dapat sedikit banyak memfasilitasi siswa belajar selama masa pandemi belum berakhir.

Banyak sekali penyesuaian yang dilakukan oleh pihak sekolah, guru, orangtua dan siswa dalam menjalani pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi ini. Misalnya siswa yang tempat belajarnya tetap di rumah masing-masing, adanya pendampingan orangtua dalam pembelajaran jarak jauh, dituntutnya siswa agar lebih mandiri dalam mengerjakan tugas, memerlukan konektivitas internet yang kadang-kadang tidak stabil. Berubahnya rutinitas aktivitas siswa yang biasanya setiap pagi jam 07.30 wita harus berangkat sekolah, untuk saat ini mereka cukup memantau Google Classroom (GCR) untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru pengajarnya. Kemudian tentunya siswa akan lebih sering berinteraksi dengan hp (handphone) dalam memaksimalkan pembelajaran jarak jauhnya di Google Classroom (GCR).

Kemudian jam pulang juga mengalami perubahan yang signifikan misalnya sekolah swasta yang awalnya boarding school tentunya tidak bisa lagi melaksanakan proses pembelajaran sampai menjelang sore. Karena adanya arahan dari pemerintah apabila sekolah melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka, maka sekolah dipastikan sudah melengkapi sarana dan prasarana pendukung protokol kesehatan yang ketat. Adanya alur datang dan pulang yang berlainan arah untuk mencegah kerumunan, pembentukan gugus tugas sekolah yang bekerjasama dengan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dalam memastikan siswa melaksanakan protokol kesehatan dengan benar.

Lamanya siswa berada di sekolah juga diarahkan agar maksimal 4 jam saja di lingkungan sekolah, kemudian memastikan siswa sehat dengan pengukuran suhu tubuh oleh para guru piket dengan thermogun di pintu gerbang sekolah sebelum siswa masuk ke lingkungan sekolah. Mencuci tangan sebelum memasuki ruang kelas. Dan tentunya memakai masker kesehatan atau masker kain yang standar, membawa masker ganti, membawa handsanitizer masing-masing, serta membawa bekal makanan sendiri. Banyaknya siswa yang masuk ke sekolah juga harus 50% dari jumlah siswa di kelas secara keseluruhan, miaslnya jumlah siswa per kelas 28 orang maka yang masuk sekolah untuk tatap muka adalah 14 orang.

Tentunya ketika siswa di dalam kelas juga dilakukan pengawasan yang ketat, misalnya jarak antar meja siswa minimal 1 meter dengan meja siswa lainnya. Dihimbau tidak menggunakan pendingin ruangan (ac) namun lebih disarankan membuka jendela dan penyediaan kipas angin agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Karena dengan menyalakan ac akan mempercepat penyebaran virus covid-19. Berbicara dengan teman seperlunya saja, memakai alat tulis sendiri, dan segera melaporkan diri apabila merasa tidak enak badan atau penyebab lainnya. Karena masih tahap adaptasi maka perlu kerjasama yang baik antara siswa, guru dan orangtua agar pembiasaan baru ini bisa berjalan dengan baik.

Saat penjemputan pulang pun orangtua wajib memakai masker dan ketika memasuki lingkungan sekolah akan diukur suhu tubuhnya dengan thermogun untuk mengantisipasi penyebaran virus covid-19. Orangtua menunggu di lantai dasar dengan pengaturan tempat duduk yang sudah disesuaikan dengan protokol kesehatan. Kemudian ada guru piket yang akan memanggil siswa untuk segera turun ke lantai dasar karena sudah dujemput oleh orangtuanya melalui speaker kelas masing-masing. Pihak sekolah menghimbau agar ketika siswa yang sudah dijemput pulang agar segera menuju rumah masing-masing, siswa serta orangtua disarankan untuk mandi agar virus yang melekat pada tubuh bisa mati dan tidak terbawa ke rumah.

Kebiasaan baru sering juga kita sebut dengan new normal dimana kita sebagai manusia akan melakukan perubahan pembiasaan hidup sehat. Senantiasa memakai masker karena dengan memakai masker akan melindungi diri kita sendiri dan orang lain. Sehingga penyebaran virus dapat kita putus sedini mungkin. Pada awal pembiasaan memang cukup sulit, namun ketika hal tersebut dilakukan secara terus menerus dan memiliki pemahaman yang baik mengapa kita melakukan hal tersebut maka akan memberikan kemudahan kepada diri kita masing-masing untuk terus menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

Apabila kita melihat perkembangan pembelajaran jarak jauh melalui Google Classroom (GCR) tentunya banyak memiliki kelebihan dan kekurangan. Untuk itulah perlunya pihak sekolah melalui wali kelas masing-masing untuk melakukan perencanaan yang jelas dan terukur serta melakukan evaluasi secara terus menerus. Misalnya per 2 pekan sekali melakukan pertemuan zoom meeting dengan siswa. Tujuannya untuk silaturahmi, menyapa siswa, dan melakukan diskusi serta sharing apakah selama 2 pekan ini siswa mengalami hambatan atau kendala dalam pengumpulan tugas-tugasnya?. Kemudian guru juga melakukan evaluasi siswa mana yang aktif dan tidak aktif dalam pembelajaran jarak jauh melalui Google Classroom (GCR).

Bagi yang aktif maka wali kelas akan memberikan reward atau penghargaan bisa berupa ucapan lisan, video ucapan maupun sertifikat yang dibuat secara mandiri oleh wali kelas. Dan bagi siswa yang kurang aktif maka wali kelas akan menanyakan langsung apa kendala yang dihadapi siswa tersebut sehingga tugas-tugasnya di Google Classroom (GCR) tidak maksimal dikerjakan dan dikumpulkan. Hal ini penting dilakukan oleh seorang wali kelas untuk memberikan perhatian kepada seluruh siswa terutama siswa yang kurang aktif dalam Google Classroom (GCR).

Kemudian rencana tindak lanjut yang dilakukan oleh wali kelas adalah membuat kelompok-kelompok kecil untuk dilakukan pembelajaran secara langsung dengan jumlah siswa maksimal 3 orang dalam satu kelompok. Namun tentunya wali kelas sudah mendapatkan ijin baik dari sekolah maupun pihak orangtua untuk melaksanakan pembelajaran kelompok kecil.

Jadi setelah memastikan daerah tempat tinggal siswa berada pada zona hijau, siswa dan keluarga dalam keadaan sehat dan gurunya juga sehat maka dilaksanakanlah pembelajaran kelompok kecil agar mampu memberikan dorongan, bimbingan dan arahan kepada beberapa siswa yang memang belum mencapai ketuntasan belajar selama pembelajaran jarak jauh dilaksanakan.

Masa pandemi merupakan masa yang cukup sulit dalam memaksimalkan pembelajaran siswa, karena keterbatasan pertemuan tatap muka dimana ada siswa yang cukup sulit mengikuti hal tersebut. Kendalanya beragam misalnya terbatasnya pengetahuan orangtua dalam penggunaan aplikasi Google Classroom (GCR) dan aplikasi belajar lainnya, orangtua yang aktif bekerja sampai menjelang sore, adanya beberapa anak baik kakak dan adik yang memang perlu pendampingan lebih, sehingga siswa tidak maksimal dalam pembelajaran jarak jauh. Kemudian lemahnya kontrol orangtua di rumah dalam penggunaan gadget dan hp siswa sehingga kadang-kadang siswa ada yang kecanduan bermain games online sehingga hilang fokus dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh.

Namun sebenarnya Allah SWT memberikan cobaan berupa pandemi covid-19 tentunya memiliki tujuan agar hamba-Nya dapat mengambil pelajaran atas peristiwa yang dialami sekarang. Di dalam setiap kesulitan sesungguhnya ada kemudahan dalam Q.S Al Insyirah : 6

إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا

yang artinya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Sebagai muslim yang baik kita harus berbaik sangka (berkhusnudzon) kepada Allah SWT karena dengan adanya pandemi ini banyak hal-hal positip yang dulunya tidak pernah terpikir untuk kita lakukan, misalnya menguasai beberapa aplikasi pembelajaran, merubah gaya hidup agar lebih sehat, mengeratkan tali silaturahmi, lebih dekat dengan keluarga dalam quality time serta lebih mawas diri lagi ke depannya dalam menghadapi pandemi ini.

Pandemi (pasti) berakhir apabila semua pihak bersinergi untuk melakukan perubahan dari gaya hidup sebelumnya yang kurang sehat menjadi gaya hidup yang lebih sehat sesuai dengan protokol kesehatan yang disarankan pemerintah. Misalnya menerapkan 5M yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas. Masyarakat juga perlu menyadari bahwa upaya yang akan dilakukan oleh pemerintah akan sia-sia apabila tidak adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat agar pandemi ini cepat berakhir. Namun apabila masyarakat dan pemerintah tidak bersinergi maka Indonesia akan sangat sulit untuk keluar dari pandemi covid-19 ini. Kuncinya adalah sinergi dan melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan 5M.

Djoko Soegiyanto, lahir di Banjarbaru 7 November 1977. Pendidikan SD (1987), SMP (1993) alhamdulillah diselesaikan di Barabai Hulu Sungai Tengah. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMA(1993) di SMAN 2 Banjarmasin. Menyelesaikan pendidikan S1 Perikanan (2002) di Unlam Banjarbaru, dan mengambil kuliah linieritas S1 Pendidikan Guru (2014) di Universitas Terbuka (UT) Banjarmasin, dan alhamdulillah dapat menyelesaikan S2 Manajemen Pendidikan Islam di (2015) di Universitas Islam Negeri Banjarmasin (UIN) Antasari Banjarmasin. Awal mula pekerjaan menjadi asisten dosen di laboratorium dasar Unlam Banjarbaru. Kemudian sempat berkecimpung di dunia media massa bidang pemasaran. Lalu akhirnya menjadi guru yang “tersesat”, karena antara disiplin ilmu yang didapat sebagai Sarjana Perikanan tidak menyurutkan langkah dan niatku untuk menjadi seorang guru (baca: pendidik).

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image