Jumat 17 Sep 2021 03:43 WIB

PJT I Optimalkan Penanganan Sampah di Bendungan Sengguruh

Sampah harus melalui proses pengeringan di lahan pembuangan sementara.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Perum Jasa Tirta (PJT) I berupaya mengangkat sampah secara mekanis di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang.
Foto: Humas PJT I
Perum Jasa Tirta (PJT) I berupaya mengangkat sampah secara mekanis di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang.

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Perum Jasa Tirta (PJT) I berupaya melakukan optimalisasi penanganan sampah. Salah satunya di sisi hulu DAS Brantas dengan pengangkatan sampah secara mekanis di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang. 

Direktur Operasional PJT I, Gok Ari Joso Simamora mengatakan, permasalahan sampah pada sungai Brantas merupakan tanggung jawab bersama. Sebab itu, pihaknya berkomitmen untuk melakukan pemeliharaan di setiap infrastruktur yang dikelola. "Termasuk Bendungan Sengguruh yang merupakan bendungan paling hulu di sistem sungai Brantas," kata Simamora di Malang, Kamis (16/9). 

Bendungan Sengguruh menerima sampah yang mengalir dari hulu Brantas. Lebih tepatnya dari Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang dengan total daerah tangkapan air seluas 1.659 km persegi. Tingginya tingkat kepadatan penduduk di wilayah tersebut mengakibatkan volume timbulan sampah yang tertampung di bendungan sangat besar. 

Menurut Simamora, situasi tersebut bisa terjadi karena banyak masyarakat yang membuang atau menumpuk sampah di badan sungai, termasuk sempadan. Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh PJT I pada akhir 2019, setidaknya ada 76 titik pembuangan sampah di sempadan sungai. Penelusuran dilakukan di sepanjang aliran sungai Brantas dari Arboretum Sumber Brantas sampai jembatan Gadang atau sekitar 46 km.

Untuk penanganan sampah, Simamora memastikan, PJT I rutin melakukan pengangkatan sampah secara mekanis setiap harinya. Rata-rata volume sampah yang terangkat pada musim kemarau mencapai 30 meter kubik per hari. Namun apabila musim hujan bisa mencapai 200 meter kubik per hari. 

"Dalam satu tahun rata-rata volume sampah yang tertangkap di Bendungan bisa mencapai lebih dari 40 ribu meter kubik," ungkapnya. 

Menurut Simamora, sampah yang telah terangkat tidak bisa langsung dibuang ke dumping area. Sampah harus melalui proses pengeringan di lahan pembuangan sementara. Kemudian sampah secara rutin diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Upaya pencegahan juga dilakukan PJT I melalui berbagai kegiatan. Beberapa di antaranya sosialisasi ke masyarakat terkait penanganan sampah domestik melalui pemberdayaan masyarakat dari program TJSL (tanggung jawab sosial dan lingkungan). Program itu dirupakan dengan memberikan bantuan pembuatan TPS, alat pencacah sampah, gerobak sampah maupun melaksanakan berbagai program kerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi nonpemerintah. 

Selain itu, pihaknya juga melakukan berbagai studi untuk mendalami dampak dari timbulan sampah yang ada di Sungai Brantas. Untuk diketahui, saat ini sedang berlangsung studi terkait kandungan mikroplastik di DAS Brantas. Studi ini dilakukan bersama antara PJT I dengan Universitas Brawijaya untuk memotret karakteristik dan profil sebaran kandungan mikroplastik di sepanjang Sungai Brantas. 

"Nantinya, hasil studi ini akan kami sampaikan juga kepada pemerintah pusat maupun daerah sebagai data input dalam merumuskan upaya penanganan sampah plastik," katanya. 

Ia berharap adanya komitmen dan kerja sama dari seluruh pihak dalam mengatasi permasalahan sampah di Sungai Brantas. Kepedulian dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan kontribusi dalam melestarikan lingkungan.

Sebelumnya, lembaga Ecoton telah menemukan sejumlah timbunan sampah di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Ada berbagai macam jenis sampah yang mencemari bendungan tersebut, baik plastik, popok dan sebagainya.

Direktur Ecoton Indonesia, Prigi Arisandi menjelaskan, musim kemarau menyebabkan air di Bendungan Sengguruh menyusut sehingga dasar Sungai Brantas terlihat.  Berdasarkan pantauan Google Earth, terlihat warna putih dan warna-warni di lokasi tersebut. "Kemudian kami verifikasi lapangan dengan dibantu warga Gampingan," ucap Prigi saat dihubungi Republika, Senin (13/9).

Hasil pantauan langsung menunjukkan warna-warni tersebut merupakan tumpukan sampah popok, kresek dan saset. Temuan ini terlihat di bawah Bendungan Sengguruh, wilayah Desa Gampingan, Kabupaten Malang. Prigi menilai, sampah-sampah tersebut dibawa dari wilayah Kota Malang. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement