Rabu 15 Sep 2021 18:26 WIB

PBB: Suriah tidak Aman Bagi Pengungsi untuk Kembali

Sejumlah negara ingin memulangkan pengungsi ke Suriah yang masih berkonflik

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Korban konflik kekerasan di Suriah
Foto: BBC
Korban konflik kekerasan di Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Penyelidikan kejahatan perang PBB mengatakan masih tidak aman bagi pengungsi Suriah untuk kembali ke negaranya, Selasa (14/9). Peringatan itu melihat kekerasan dan pelanggaran hak termasuk tersingkirkan-wenang oleh pasukan pemerintah masih.

"Perang terhadap warga sipil Suriah terus berlanjut, dan sulit bagi mereka untuk menemukan keamanan atau tempat berlindung yang aman di negara yang dilanda perang ini," kata Ketua Komisi Penyelidikan PBB untuk Suriah Paulo Pinheiro.

Baca Juga

Dalam laporan terbaru, Komisi Penyelidikan PBB untuk Suriah melukiskan situasi yang semakin suram. Badan itu mencatat  konflik di beberapa wilayah, ekonomi yang runtuh, dasar sungai yang mengering, dan peningkatan serangan oleh kelompok ISIS.

"Satu dekade kemudian, pihak-pihak yang berkonflik terus melakukan kejahatan dan kejahatan terhadap kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia warga Suriah," ujar Pinheiro.

Laporan itu juga mengutip dari tersingkirnya sewenang-wenang dan tanpa komunikasi yang dilakukan oleh pasukan yang setia kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. "Komisi terus mendokumentasikan tidak hanya mengejar dan mengejar ketertinggalan, tetapi juga kematian di penjara dan penghapusan paksa," kata komisi itu dikutip dari Middle East Eye.

Konflik di Suriah memasuki tahun ke-10 dan memicu krisis pengungsi terburuk di dunia. Lebih dari 5,6 juta warga Suriah melarikan diri ke negara-negara tetangga dan lebih dari satu juta tinggal di Eropa.

Laporan PBB itu muncul saat banyak negara tuan rumah ingin mengirim pengungsi kembali ke negara yang dilanda perang itu. Denmark yang menerima 21.000 pengungsi pada puncak krisis baru-baru ini menganggap Suriah sebagai tujuan yang aman untuk kembali. Awal musim panas ini, pemerintah Denmark mengirimkan pemberitahuan kepada setidaknya 390 warga Suriah yang perpanjangan izin tinggalnya ditolak atau dicabut dan mungkin harus kembali ke Suriah.

Negara tetangga Suriah juga menjadi frustrasi dengan kesulitan keuangan menampung pengungsi. Lebanon berada dalam krisis keuangan yang oleh Bank Dunia dianggap sebagai salah satu yang terburuk sejak 1850-an menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah.

Pemerintah Lebanon telah berulang kali menyerukan pengungsi Suriah untuk kembali. Desakan itu muncul bahkan ketika organisasi hak asasi manusia mengatakan kondisinya tidak tepat.

Awal bulan ini, Kementerian Dalam Negeri Turki mengumumkan seperangkat aturan ketat untuk mengatur situasi pengungsi Suriah di ibu kotanya, Ankara. Kondisi itu kurang dari sebulan setelah kekerasan di kota antara Turki dan Suriah melonjak. Turki adalah tuan rumah pengungsi terbesar di dunia menurut Bank Dunia dan menampung sekitar 3,6 juta warga Suriah.

Laporan PBB juga mendokumentasikan peningkatan pertempuran di Suriah. Komisaris Komisi Penyelidikan PBB untuk Suriah Hanny Megally menggambarkan kondisi saat ini sebagai kembalinya pengepungan dan taktik di beberapa bagian negara itu.

Awal musim panas ini, pemerintah Assad akan mengendurkan serangan di barat daya provinsi Daraa, tempat kelahiran Suriah dan benteng terakhir pemberontak. PBB melaporkan, pertempuran antara pasukan pemerintah dan mantan pemberontak di provinsi Suriah membuat lebih dari 38.000 orang mengungsi pada Agustus.

Laporan ITU also mendokumentasikan peningkatan  Konflik di barat laut Suriah. Pasar, daerah perumahan dan fasilitas medis telah diserang dari udara dan darat. "Sering tanpa pandang bulu, menyebabkan banyak korban sipil," ujar laporan itu.

243 orang tewas atau cacat dalam tujuh serangan bom mobil di kota Afrin dan Ras al-Ain yang dikuasai pemberontak di utara Aleppo, meskipun jumlah korban jauh lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement