Rabu 15 Sep 2021 17:14 WIB

Indonesia Diyakini Jadi Produsen Baterai Terbesar

Indonesia akan menjadi produsen utama berbagai produk barang jadi berbasis nikel.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Presiden Joko Widodo (kanan) menyimak penjelasan tentang proses pembuatan baterai sel saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution.
Foto: ANTARA/Biro Pers Media Setpres
Presiden Joko Widodo (kanan) menyimak penjelasan tentang proses pembuatan baterai sel saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid optimistis Indonesia akan menjadi produsen baterai mobil listrik terbesar di dunia. Optimisme tersebut seiring resminya Indonesia membangun pabrik baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara. 

Presiden Joko Widodo telah melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan pabrik tersebut, di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Nilai investasi pembangunan pabrik ini mencapai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 15,95 triliun. 

Baca Juga

Selaras dengan hal tersebut, keoptimisan Arsjad berangkat dari besarnya pasokan nikel di Indonesia dalam pembuatan baterai lithium, yang menjadi bahan utama pengembangan mobil listrik. Indonesia memiliki kandungan nikel melimpah. 

"Nikel merupakan bahan utama pembuatan baterai lithium yang digunakan untuk mobil listrik. Kita bisa menguasai salah satu rantai pasok baterai lithium dan pengembangan mobil listrik dunia," ujar dia melalui keterangan resmi, Rabu (15/9).

Ia melanjutkan, selain memiliki sumber daya alam melimpah berupa nikel, demi mencapai cita-cita tersebut Indonesia juga harus memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) berdaya saing tinggi, bisa memanfaatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta memanfaatkan teknologi yang bisa dikembangkan di dalam negeri.

“Kita beli teknologi dari luar negeri untuk dikembangkan di Indonesia. TKDN komponennya banyak di Indonesia, sehingga biaya pembuatan baterai dari Indonesia akan lebih kompetitif,” tuturnya.

Hal itu juga diamini oleh Presiden Joko Widodo. Menurutnya, Indonesia akan menjadi produsen utama berbagai produk barang jadi berbasis nikel seperti baterai lithium, baterai listrik, baterai kendaraan listrik. 

Jokowi bahkan menargetkan realisasinya bisa terwujud dalam 3 sampai 4 tahun ke depan. "Saya yakin 3 sampai 4 tahun ke depan, melalui manajemen yang baik, dan manajemen pengelolaan yang baik," ujar Jokowi. 

Hilirisasi industri nikel, kata dia, juga bisa meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan. Jika diolah menjadi sel baterai, nilainya bisa meningkat 6 sampai 7 kali lipat. Kemudian jika dijadikan mobil listrik akan meningkat lagi nilai tambahnya sampai 11 kali lipat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement