Rabu 15 Sep 2021 06:19 WIB

Tips Bijak Atur Keuangan untuk Hobi di Tengah Pandemi

Masa pandemi membuat kita sering berada di rumah.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Muhammad Hafil
Tips Bijak Atur Keuangan untuk Hobi di Tengah Pandemi. Foto: Hobi fotografi (ilustrasi)
Foto: WIKIHOW
Tips Bijak Atur Keuangan untuk Hobi di Tengah Pandemi. Foto: Hobi fotografi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa pandemi mengharuskan kita untuk berada di rumah saja. Banyaknya waktu luang membuat kita menemukan kegiatan baru yang membuat kita senang yang kemudian menjadi hobi baru kita.

Bersepeda, bagi seorang Abdul Khodir, seorang karyawan swasta di Jakarta adalah hobi barunya di masa pandemi.  “Sebenernya sih semuanya dilatarbelakangi karena pandemi COVID-19 ini ya, tepatnya tahun 2020 lalu. Jadi punya kebiasaan baru, sekaligus hobi baru yaitu olahraga. Awalnya sih coba untuk jogging, cuma seiring waktu malah pindah ke olahraga sepeda,” kata Kodir kepada Republika, baru-baru ini.

Baca Juga

Kodir menyadari, hobi barunya itu cukup merogoh kantongnya agak dalam. Bukan soal perawatan, namun, beberapa spare part sepeda perlu dibelinya agar dia bisa meningkatkan performanya dalam bersepeda. “Paling sering di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 5 juta per bulan mba. Pernah sampai Rp 20-an juta,” kata Kodir.

Laki-laki yang tinggal di Jakarta itu menuturkan, biasanya biaya paling besar adalah biaya untuk membangun sepeda di awal. Namun, seiring dengan perjalanannya, biaya untuk kebutuhan sepeda tak sebesar seperti di awal.

 

Saat ini pun, dia tengah mengerem pengeluaran untuk sepeda. Sebab menurutnya, kebutuhan sepedanya sudah terpenuhi sementara waktu, sehingga dia merasa cukup dengan kondisi sepedanya saat ini.

Laki-laki berusia 26 tahun itu mengatakan, merasa “cukup” merupakan tantangan besar dalam mengelola hobi baru. Jika tak merasa cukup, maka pasti ada saja cara untuk “jajan hobi.

Selain bersepeda, dia memiliki hobi baru lagi semenjak pandemi ada, yaitu rilisan fisik atau vinyl. Karena masih menggeluti beberapa bulan, koleksi vinylnya pun masih sedikit. Dia yang suka mendengarkan musik itu memilih mengoleksi vinyl karena kemungkinan barang tersebut bisa menjadi investasi ke depan.

Harga vinyl sendiri, kata dia, berkisar Rp 200 ribu sampai dengan Rp 400 ribu. Namun, ada juga yang dijual jutaan, bergantung dengan kondisi dan orisinalitas dari vinyl itu sendiri.

“Ini lebih tidak menentu, kadang ada yang kondisinya sudah tidak layak didengar, tapi punya harga yang mahal. Biasanya itu first press atau cetakan pertama dari musisi-musisi tertentu,” jelas dia.

Sama dengan sepeda, koleksi vinyl juga menghabiskan dana di awalnya. Sebab, Kodir perlu membeli pemutar vinyl yang disebut turntable dan juga alat-alat pendukungnya seperti pengeras suara, kabel, dan alat-alat lain jika diperlukan.

"Sementara harga turntable juga sangat beragam. Mulai Rp 2 juta sampai ratusan juta juga ada setauku. Biasanya itu merek-merek Eropa,” kata dia.

Kodir mengatakan, dia biasa menyisihkan sejumlah bajet dari pemasukan per bulan. Selain itu, dia menekankan, dalam memiliki hobi, dia harus menjadi lebih bijak dalam mengatur keuangan.

Laki-laki yang bekerja sebagai desainer multimedia di sebuah perusahaan swasta ini harus mengetahui kapan untuk berhenti membeli kebutuhan hobi, dan kapan untuk boleh membeli kebutuhan hobi. “Jadi harus lebih bisa kontrol diri kalau lagi ingin atau punya sesuatu yang berkatian sama hobi,” kata Kodir.

Kodir mengatakan, saat ini dia masih belum terfikir untuk menambah hobi baru lagi. Menurutnya, daripada menambah hobi, dia lebih memilih untuk menambah pemasukan agar hobi-hobinya lebih bisa terurus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement