Selasa 14 Sep 2021 18:57 WIB

Perlakuan Zalim kepada Imam Bukhari yang tak Pernah Redup   

Beragam tudingan ditujukan kepada Imam Bukhari tapi tak terbukti

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Beragam tudingan ditujukan kepada Imam Bukhari tapi tak terbukti. Makam Imam Bukhari
Foto: Uttiek M Panji Astuti
Beragam tudingan ditujukan kepada Imam Bukhari tapi tak terbukti. Makam Imam Bukhari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Imam Muhammad bin Ismail Al Bukhari (Imam Bukhari) wafat pada 1 September 870 M yang bertepatan pada 1 Syawal 256 H. Artinya, tepat 1 September kemarin menurut kalender Masehi menandai peringatan 1151 tahun wafatnya perawi hadits dengan kitab Shahihnya itu. 

Namun, siapa yang menyangka, ternyata Imam Bukhari juga pernah mengalami penderitaan akibat perlakuan zalim baik saat masih hidup maupun ketika sudah wafat. 

Baca Juga

Dia pernah diusir dari kota Nishapur. Beberapa syekh disebutkan merasa iri melihat banyak orang yang berpaling dan berkumpul di majelis Imam Bukhari. 

Bahkan, Muhammad bin Yahya Al Dzuhli yang telah menghadiri majelis Bukhari dan iri kepadanya, meminta beberapa ahli hadits untuk menemui Bukhari dan mendengarkan apa yang disampaikannya. 

 

Tokoh tersebut menuding Bukhari berpandangan bahwa Lafaz Alquran itu bukanlah makhluk. “Jadi lakukan pengujian di majelis," kata Al Dzuhli. Tudingan ini sama sekali tidak benar.   

Untuk diketahui, saat itu, persoalan penciptaan Alquran adalah pemikiran yang disebarkan di era Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Al Makmun dengan pemikiran aliran Muktazilah. 

Bagi kelompok Muktazilah, Alquran adalah makhluk dan bukan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diyakini umat Islam.

Khalifah Al Makmun yakin dengan pendapat Muktazilah itu sehingga dia meminta pemikiran tersebut disebarluaskan dan memecat hakim yang tidak meyakininya. Pemikiran ini pun dikecam banyak imam seperti Imam Ahmad bin Hanbal yang kemudian dimasukkan ke dalam penjara. 

Adapun Imam Bukhari mendapat tudingan miring setelah wafat dan memasuki zaman modern. Kitab Shahih Bukhari dituding tidak ada karena tidak ada salinan asli yang ditulis tangan dari kitab tersebut dan tidak ada salinan dari zaman ketika Bukhari hidup yang bertahan sampai sekarang. Sedangkan, beberapa orang menanggapinya bahwa karya-karya Imam Bukhari itu ada dan bertahan sampai sekarang secara baik. 

Ada juga yang menuding bahwa perjalanan Imam Bukhari ke Baghdad, Makkah dan Mesir, itu singkat sehingga tidak ada cukup waktu untuk mendengar dari semua perawi dan menyusun sebagian besar hadits yang melebihi setengah juta hadits.

Atas tudingan itu, Imam Bukhari berkata, "Saya memasuki Syam, Mesir, dan Jazirah itu dua kali. Dan Basrah empat kali, dan saya tinggal di Hijaz selama enam tahun. Dan saya tidak bisa menghitung berapa banyak saya memasuki Kufah dan Baghdad bersama para ulama hadits."

Tudingan lain yang dilontarkan kepada Imam Bukhari, yaitu hadits yang dia hasilkan didasarkan pada 9 riwayat antara dia dan Nabi Muhammad SAW sehingga memperbesar kemungkinan kelupaan dan penipuan atau kebohongan dan pemalsuan.

Terhadap tudingan itu, beberapa peneliti menanggapinya dan menyampaikan bahwa sanad (rantai perawi) terpanjang dalam hadits riwayat Bukhari adalah sanad Tasa'i, yaitu pada hadits dari jalur Zainab binti Jahsy, bahwa Nabi Muhammad SAW datang kepadanya dengan gemetar sambil berkata:

"Laa ilaaha illallah, celakalah bangsa Arab karena keburukan yang telah dekat, hari ini telah dibuka benteng Ya'juj dan Ma'juj seperti ini". Beliau SAW memberi isyarat dengan mendekatkan telunjuknya dengan jari sebelahnya. 

Imam Bukhari memasukkan hadits tersebut ke dalam kitab Al-Fitan dan di dalam hadits itu terdapat empat sahabat Nabi SAW. Padahal ketika Bukhari menurunkan sanad hadits tersebut, sanadnya mencapai enam atau tujuh. 

 

Sumber: youm7

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement