Selasa 14 Sep 2021 14:06 WIB

Bank Dunia Perdiksi 200 Juta Orang Migrasi Akibat Iklim

Perubahan iklim menyebabkan berbagai dampak yang mengharuskan orang berpindah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Perubahan iklim (Ilustrasi)
Foto: PxHere
Perubahan iklim (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Laporan Bank Dunia mengatakan, perubahan iklim dapat mendorong lebih dari 200 juta orang meninggalkan rumah dalam tiga dekade ke depan. Kondisi itu pun dapat menciptakan titik panas migrasi, kecuali jika tindakan segera diambil untuk mengurangi emisi global dan menjembatani kesenjangan pembangunan.

Bagian kedua dari laporan Groundswell yang diterbitkan Senin (13/9), meneliti dampak perubahan iklim yang terjadi secara lambat seperti kelangkaan air, penurunan produktivitas tanaman, dan naiknya permukaan laut. Hal-hal itu dapat menyebabkan jutaan migran iklim pada tahun 2050 di bawah tiga skenario berbeda dengan berbagai tingkat aksi iklim dan pembangunan.

Baca Juga

Pada skenario paling pesimistis, dengan tingkat emisi yang tinggi dan pembangunan tidak merata, laporan tersebut memperkirakan hingga 216 juta orang bergerak di negara asal di enam wilayah yang dianalisis. Wilayah tersebut adalah Amerika Latin, Afrika Utara, Sub-Sahara Afrika, Eropa Timur dan Asia Tengah, Asia Selatan, serta Asia Timur dan Pasifik.

Dalam skenario yang paling ramah iklim, dengan tingkat emisi yang rendah dan pembangunan berkelanjutan, dunia melihat 44 juta orang terpaksa meninggalkan rumahnya. "Menegaskan kembali potensi iklim untuk mendorong migrasi di dalam negara,” kata spesialis senior perubahan iklim di Bank Dunia dan salah satu penulis laporan, Viviane Wei Chen Clement.

Dalam skenario terburuk, Afrika Sub-Sahara akan melihat sebagian besar migran. Sebanyak 86 juta orang bergerak di dalam perbatasan nasional.  Wilayah itu termasuk yang paling rentan karena penggurunan, garis pantai yang rapuh, dan ketergantungan penduduk pada pertanian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement